PR dan Media Saling Membutuhkan

 PR dan Media Saling Membutuhkan

Salah satu event organizer (E/O) di Indonesia, Royal Media mengadakan acara bertajuk “Rahasia Sukses PR Dan Media Relation Di Era Digital”, di Hotel Cosmo Amaroossa Jakarta, pada Kamis (2-3 Juni 2019).

Acara ini dihadiri puluhan peserta dan menghadirkan para praktisi media dan narasumber yang kredibel, di antaranya Nabila Marsyanada, Dosen Kalbe Institute Announcer Gen FM, Djaka Susila, Pemimpin Redaksi Koran Sindo, Nugroho Agung, Praktisi Priski & BPP Perhumas. Alvi Anugerah, PR Manager kitabisa.com.

 

Dalam paparannya Nabila Marsyanada mengatakan bahwa PR dan media tidak terpisahkan untuk saling bekerjasama, di mana keduanya saling membutuhkan.

“Media membutuhkan informasi, sementara public relation [PR] membutuhkan wartawan untuk publikasi,” terang Marsya, panggilan akrab Nabila Marsyanada.

Tujuan akhir dari seorang PR sendiri, lanjut Marsya, adalah membuat kesepahaman.”Kenapa harus ada kerjasama yang sama-sama bermanfaat? Karena keduanya ingin hasil akhirnya positif,” terangnya.

Marsya juga menjelaskan bahwa PR dan marketing sangat beda. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah kerjasama, di mana dalam kerja sama marketing tujuannya untuk mendapatkan uang, tapi kalau PR itu ibaratnya kita gratis.

“Kerjasama kalau bisa gratis, enggak pakai duit. Kita dapat manfaat yang banyak. Bukan hanya kita saja yang beruntung, tapi juga klien,” jelasnya
.
Sementara Djaka Susila berbicara terkait “Parameter PR Yang Sukses Di Mata Media”. Pimred Sindonews.com itu mengatakan, berhubungan dengan media kali pertama yang harus dilakukan PR adalah memahami media itu sendiri, termasuk memahami karakter wartawan.

“Berhubungan dengan print media contohnya. PR kirim press release via pdf dengan tujuan agar tidak diedit, itu salah. Wartawan pasti mengeditnya, karena dia [wartawan] ego cenderung tinggi,” jelasnya.

Selain itu, Djaka juga mengingatkan sebaiknya PR tidak takut dengan wartawan abal-abal yang media dan terbitnya tidak jelas. Dan biasanya sering mengancam narasumber dengan cara menakut-nakuti akan menulis perihal yang buruk-buruk.

“Sebenarnya sama wartawan model kayak gini gampang, biarkan saja dia menulis semaunya dia. Toh, enggak ada yang baca. Lha wong oplahnya juga sedikit,” jelasnya.

Senada Nugroho Agung mengatakan pelaku pemerasan tidak hanya oknum media saja, tapi juga kadang-kadang dilakukan oknum-oknum LSM.

“Sebenarnya sederhana prinsipnya. Jika kita tidak bersalah atau berdosa, jangan pernah takut meski sama wartawan sekalipun,” ujarnya

Nugroho juga menyarankan agar PR harus pintar pintar mengambil issue, agar wartawan tertarik untuk meliputnya.”Karena PR bertanggung jawab ke atasan, sementara wartawan bertanggungjawab ke pembaca,” ujarnya.

Dalam seksi terakhir, Alvi Anugerah memberikan pemahaman tentang cara memanfaatkan social media secara efektif bagi PR. Seperti memfaatkan facebook, twitter, youtube, instagram, line, linkd, dan lain sebagainya.

Para peserta sangat antusias mengikuti seminar ini. Mereka memberikan pesan dan kesan positif kepada panitia penyelenggara.

“Saya sangat senang dan bersyukur. Karena ini sangat bermanfaat untuk mengikuti perkembangan zaman yang selalu update setiap waktu,” ujar Yoseo Maya, dari PT XL Axiata. Tbk.

Evelyn Hutapea dari PT Cardig, juga merasa senang. Pasalnya, dengan adanya kegiatan ini ilmunya semakin bertambah terkai PR.”Ini sesuai job desk saya sebagai PR. Mudah-mudahan kedepannya ada lagi dan saya bisa ikut,” harapnya

Senada, Hanif dari PT LIB mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat sekali karena mengajarkan kita bagaimana untuk menjadi PR yang sebenarnya. “Kedepan, saya berharap lebih banyak lagi materi yang diberikan panitia penyelenggara,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar