7 Tahun Menanti, Film Pesantren Tayang Dibioskop 

 7 Tahun Menanti, Film Pesantren Tayang Dibioskop 

JAKARTA – Pemutaran perdana Film Pesantren yang dilakukan pada 4 Juli 2022 mendapat apresiasi masyarakat.

Padahal riset film ini mulai digarap Lola Amaria bersama Shalahuddin Siregar tahun 2015. Setelah 7 tahun menanti, film Pesantren ini tayang di bioskop Indonesia dengan jumlah layar terbatas.

Film Pesantren digarap dengan mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dan diketahui memiliki ratusan ribu pesantren. Setidaknya itu dicetuskan Cak Imin, saat hadir dalam Gala Premiere Film Pesantren (01/08/2022).

Berbeda dengan film Sang Kiai, Alkautsar, Negeri 5 Menara, Perempuan Berkalung Sorban, Kalam Kalam Langit, Pesantren Impian, Cahaya Cinta Pesantren atau The Santri, film Pesantren adalah sebuah film dokumenter tapi coba digarap laiknya film komersial pada umumnya.

Cerita para santri itu dituturkan melalui kisah santri, ustadz dan ustadzah di Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, sebuah pesantren terbesar di Cirebon, Jawa Barat dengan 2.000 santri.

Pondok pesantren ini adalah pesantren salaf (tradisional). Tetapi terbilang istimewa karena dipimpin seorang perempuan, yakni Bu Nyai Hj Masryah Amva yang kharismatik.

Konon Shalahuddin Siregar tidak hanya ingin membuat film yang hanya menjelaskan apa itu pesantren, tetapi melihat lebih dalam hal yang jarang dibahas di luar.

“Film Pesantren ini fokus pada bagaimana Islam dari sudut pandang perempuan,” kata Shalahuddin Siregar, saat konferensi pers (01/08/2022) di Epicentrum, Jakarta.

Film Pesantren diproduksi Negeri Films, sementara distribusinya di bioskop dilakukan Lola Amaria Productions. Ini model kerjasama yang jarang dilakukan di Indonesia, meskipun ini praktik yang lazim di luar negeri.

Lola Amaria menguraikan, isu yang dibawa film Pesantren sangat penting untuk Indonesia saat ini.Oleh karena itu, Lola Amaria mau mendistribusikan film Pesantren di jaringan bioskop komersil.

Menunjukan keseriusannya, Lola Amaria Production dengan Yayasan Bumi Karya Lestari juga membuat program Sinema Ramadan, yaitu program pemutaran film Pesantren di 10 pesantren di pulau Jawa selama bulan Ramadan tahun 2022.

Program ini dibuat sebelum rilis di bioskop untuk melihat bagaimana pendapat para santri sebagai subjek di film ini. Program Sinema Ramadan berjalan sukses dengan dukungan dari sejumlah BUMN.

Ditarik kebelakang, film ini sempat berhenti di tengah jalan karena kesulitan pendanaan. Meskipun begitu, film ini akhirnya bisa selesai pada tahun 2019 dengan dukungan dari In-Docs, Steps International, Kedutaan Denmark di Jakarta, Talents Tokyo, serta dua stasiun TV internasional-NHK dan Al Jazeera Documentary Channel.

Film ini diputar pertama kali di International Documentary Film Festival Amsterdam (IDFA) pada tahun 2019.
IDFA adalah festival dokumenter paling bergengsi dan terbesar di dunia.

Film Pesantren terpilih dari sekitar 3.000 film dan ada pada program di Luminous, program yang menurut IDFA adalah ‘untuk film-film yang mampu menenggelamkan para penontonnya dalam pengalaman sinematik, yang digerakkan tokoh, cerita, maupun pembuat film’.

Kala itu Luminous hadir untuk memulihkan keindahan relasi, ekspresi dan rasa empati manusia dan membuat yang universal menjadi nyata lewat individu-individu dalam film-fim terpilih.

Meski hanya sebagian kecil saja dunia pesantren salaf terkuak di film ini, setidaknya penonton tahu inilah realitas kebenaran, humanisme, kesetaraan yang ada di pesantren.

Ismail

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar