Walikota Solo Bicara Kandidat Ketum PSSI

 Walikota Solo Bicara Kandidat Ketum PSSI

SOLO – Seiring dengan ditetapkannya percepatan pelaksanaan Kongres PSSI, pada 2 November 2019 mendatang, dengan agenda pemilihan ketua umum baru PSSI, belum muncul calon-calon potensial yang dinilai memiliki kapasitas mumpuni untuk memimpin PSSI empat tahun ke depan.

Menurut salah satu tokoh sepakbola nasional yang sudah malang melintang di dunia sepakbola Indonesia itu, sejauh ini dirinya tidak atau belum melihat calon-calon yang tepat untuk memimpin PSSI.

“Meskipun sudah ada figur yang sudah mulai dimunculkan, tapi saya menilai mereka masih belum layak memimpin PSSI. Dalam kondisi sepakbola Indonesia yang masih karut marut sekarang ini, diperlukan sosok yang mampu membuat perubahan secara menyeluruh,” kata Walikota Solo FX Hadi Rudyatmo, dalam perbincangannya di Loji Gandrung, kediaman resmi Walikota di Solo, Senin (29/07/2019) lalu.

Sosok yang dimaksud mantan anggota Komite Normalisasi PSSI pada 2011 itu adalah orang yang tahu betul sepakbola, terlebih lagi tentang kondisi sepakbola di Tanah Air.

Syarat ini, menurut Walikota Solo yang biasa disapa Rudy, mutlak diperlukan agar ke depannya PSSI tidak salah langkah lagi.

“Jangan beranggapan memimpin PSSI itu mudah. PSSI harus dipimpin oleh orang yang punya integritas, dan jangan dijadikan arena politik. Apalagi hanya menjadikan PSSI sebagai batu loncatan untuk tujuan lain di luar sepakbola,” kata mantan Ketua Persis Solo ini.

Menyinggung kandidat yang cocok untuk memimpin PSSI, Rudy menyebut Erik Tohir. “Di mata saya Erik Tohir adalah orang yang pas untuk memimpin PSSI. Dia masih muda, punya background olahraga, pernah menjadi pimpinan klub sepakbola di Italia (Inter Milan, red), serta sukses menjadi ketua panitia Asian Games 2018 lalu. Sosok seperti dia yang saat ini dibutuhkan PSSI untuk memperbaiki berbagai persoalan yang ada di sepakbola nasional,” paparnya.

Kondisi sepakbola Indonesia dewasa ini belum kunjung membaik. Reformasi yang pernah diusung oleh masyarakat sepakbola belum sepenuhnya tercapai, bahkan cenderung terlupakan.

Kasus-kasus hukum yang menimpa sejumlah petinggi PSSI menunjukkan bahwa organisasi sepakbola Indonesia masih bermasalah. Munculnya kasus pengaturan skor yang melibatkan pengurus PSSI telah merusak tatanan induk organisasi sepakbola nasional.

Rudy menambahkan, belum lagi persoalan kompetisi, pembinaan pemain muda, serta tim nasional yang juga masih mendera dan belum memperlihatkan tanda-tanda perbaikan.

Dibutuhkan orang-orang yang berani melakukan perubahan dengan program-program yang tepat sasaran. “Dan ini hanya bisa dijalankan oleh orang yang paham tentang sepakbola. Kalau belum tahu seluk beluk sepakbola, ya sulit untuk berbuat banyak,” ujar Rudy.

Sementara itu terjadinya kekosongan di pucuk pimpinan PSSI, menyusul mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum pada Januari 2019 lalu, membuat kinerja PSSI pincang.

Situasi makin buruk setelah Joko Driyono, wakil Ketua Umum yang ditunjuk sebagai Plt Ketua Umum PSSI ditangkap Satgas Antimafia Bola, karena melakukan perusakan barang bukti di bekas kantor PT Liga Indonesia yang digeledah polisi.

Selain Joko Driyono, seorang anggota Komite Eksekutif PSSI, Johan Lin Eng juga ditangkap polisi, karena kasus pengaturan skor. Sebelumnya seorang anggota Exco PSSI lainnya yakni Hidayat mengundurkan diri karena diduga terlibat pengaturan skor.

Saat ini nama yang muncul dalam bursa kandidat ketua umum PSSI periode 2019-2023 adalah Komjen Pol M. Iriawan alias Iwan Bule, mantan Kapolda Jawa Barat dan Metro Jaya.

Nama lainnya yang sempat beredar adalah Rahim Soekasah, mantan manajer timnas Indonesia yang saat ini memimpin klub Australia, Brisbane Roar. ***

 

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar