Refleksi Menuju Indonesia Lebih Baik, Melalui Seminar Nasional Bertajuk Majapahit

 Refleksi Menuju Indonesia Lebih Baik, Melalui Seminar Nasional Bertajuk Majapahit

JAKARTA – Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN), akan menggelar seminar nasional bertajuk Majapahit: Refleksi Kejayaan Negara Agraris, Maritim dan Demokrasi Deliberatif, Dahulu, Kini, dan Masa yang Akan Datang.

Seminar akan berlangsung di Museum Nasional Jakarta, 29 Agustus mendatang.

Ketua Umum KSBN Mayjen TNI (Purn) Hendardji Soepandji, seminar nasional ini digelar untuk menggali informasi dan nilai-nilai yang dianut Kerajaan Majapahit pada masa jayanya.

“Nilai-nilai yang dimiliki Kerajaan Majapahit di masa lalu itu diharapkan dapat menjadi inspirasi yang dapat dimanfaatkan seluruh komponen bangsa menghadapi tantangan masa depan untuk Indonesia yang lebih baik,” ujar Hendardji yang juga mantan Kepala Pusat Polisi Militer AD itu.

Lebih lanjut dikatakannya, yang menarik, Seminar Nasional Majapahit ini akan dilangsungkan dalam tiga kluster, yakni kluster agraris, kluster maritim, serta kluster hukum, demokrasi, dan tata negara.

Hal ini erat kaitannya dengan pola-pola pemerintahan dan sistem kebijakan yang diterapkan Pemerintahan Kerajaan Majapahit pada masa lalu.

“Untuk lebih menambah bobot seminar, kami mengundang para pembicara yang sangat berbobot dan berkempeten. Bahkan, Bapak Mendikbud Muhadjir Effendy pun berkenan menjadi keynote speaker seminar nasional ini,” jelas Hendardji.

Selain Mendikbud Muhadjir Effendy, KSBN dan Direktorat Sejarah juga mendatangkan sejumlah tokoh penting yang akan memberi warna dalam seminar nanti.

Untuk masalah maritim misalnya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji akan membawakan materi bertajuk “Dinamika dan Peran Indonesia dalam Membangun Peradaban Maritim Dunia”.

Begitu juga Deputi IV Kemenko Maritim Safri Burhanuddin bakal membahas “Poros Maritim Dunia: Tantangan dan Implementasi”.

Sementara mantan Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji akan menyoroti  kejayaan Kerajaan Majapahit pada masa lalu ditinjau dari Sistem Geopolitik Indonesia.

Di Kluster Agraris, mantan Dirut Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso juga akan membahas detail sistem negara agraris pada masa Pemerintahan Kerajaan Majapahit yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Dia juga akan menyoroti inovasi-inovasi di bidang pertanian yang banyak dilakukan di masa kini. Sementara pakar sejarah Agus Aris Munandar akan bicara mengenai Kerajaan Majapahit yang menjadi bagian dari hegemoni dunia di masa lalu.

”Dari sisi pemerintah, Plt Bupati Mojokerto Pungkasiadi akan membahas detail tentang bagaimana kerajaan Majapahit di masa lalu, dan bagaimana upaya pemerintah daerah melestarikan kearifan lokal yang menjadi warisan Kerajaan Majapahit,” kata Hendardi.

Selain itu, sejumlah pakar politik, birokrasi, dan hukum juga akan ikut urun rembug dalam seminar nasional sehari tersebut. Di antaranya Guru Besar Hukum Tatanegara FH UI Satya Arinanto, dan Sejarawan Anhar Gonggong.

Direktur Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari sangat mengapresiasi terselenggaranya Seminar Nasional Majapahit. Dia yakin seminar ini akan menghasilkan rumusan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi komunitas masyarakat seperti KSBN yang mau dan peduli terhadap sejarah bangsa dengan menggali nilai-nilai kejayaan Kerajaan Majapahit di masa lampau. Karena itu, kami bangga bisa bekerja sama dengan KSBN dalam menggelar seminar nasional ini,” ujar Triana.

Triana menilai, seminar-seminar seperti ini akan sangat membantu pemerintah dalam mendapatkan temuan-temuan baru, informasi-informasi baru, dan analisis-analisis baru terkait perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

“Saya berharap seminar ini menghasilkan pemikiran-pemikiran yang bernas untuk penataan pemerintahan Indonesia di masa datang. Apalagi, ibu kota Indonesia akan berpindah di Kalimantan Timur. Saya juga berharap hasil seminar ini dapat dibukukan  atau didigitalisasi sebagai kekayaan historiografi Indonesia yang dapat dinikmati seluruh generasi masyarakat Indonesia,” ujar Triana. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar