PWI Selenggarakan Smart Business Talk With Jusuf Kalla

 PWI Selenggarakan Smart Business Talk With Jusuf Kalla

JAKARTA – Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan keynote speech, dalam acara Smart Business Talk With Jusuf Kalla, yang diselenggarakan oleh PWI Pusat di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis, (11/7/2019).

Acara tersebut mengangkat tema, “Making Indonesia 4.0 vs Super Smart Society 5.0”, dimana Kementerian Perindustrian mengenalkan program kerja Making Indonesia 4.0, dimana bulan April 2018 lalu, dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.

Lalu, apakah revolusi industri 4.0? Menurut Wikipedia, Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala komputasi awan dan komputasi kognitif.

Sementara itu, Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartarto telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap (peta jalan), yang terintegrasi guna menerapkan sejumlah strategi Indonesia dalam menghadapi Industri 4.0.

Salah satu strategi Indonesia memasuki Industri 4.0 adalah menyiapkan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan untuk memperkuat fundamental struktur industri Tanah Air, yaitu industri makanan dan minuman, industri otomotif, industri elektronik, industri kimia, serta industri tekstil. Dengan menerapkan Industri 4.0 Airlangga yakin bahwa target secara garis besar, yaitu membawa Indonesia kepada top 10 ekonomi dunia tahun 2030 akan terealisasi.

Tentunya Sumber Daya Manusia yang terampil menjadi salah satu kunci utama dalam mendongkrak kemampuan industri, selain melalui investasi dan teknologi.

Dalam hal ini, Indonesia memiliki modal besar dari ketersediaan SDM produktif karena akan memasuki masa bonus demografi hingga 2030. SDM Industri perlu didorong untuk memanfaatkan kemajuan teknologi terkini agar dapat memacu produktivitas dan inovasi.

Selanjutnya, 21 Januari lalu, Kantor Perdana Menteri Jepang meluncurkan roadmap yang lebih humanis, dikenal dengan super–smart society atau Society 5.0, yang merupakan tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia (human–centered) dan berbasis teknologi (technology based). Sebagai catatan, Society 5.0 didahului dengan era berburu (1.0), pertanian (2.0), industri (3.0), dan teknologi informasi (4.0).

Dalam sebuah pertemuan di Jerman, Maret 2017, Abe untuk pertama kali memaparkan visinya itu di dunia internasional. Melalui Society 5.0, kecerdasan buatan yang memperhatikan sisi kemanusiaan akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan.

Tentu saja diharapkan, akan menjadi suatu kearifan baru dalam tatanan bermasyarakat. Tidak dapat dipungkiri, transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna. Dalam Society 5.0, juga ditekankan perlunya keseimbangan pencapaian ekonomi dengan penyelesaian problem sosial.

Industri 4.0 maupun Society 5.0 merupakan lompatan baru dalam dunia teknologi dan informasi yang merubah tatanan dalam berkehidupan. Tentunya, Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia harus berperan aktif dalam menghadapi revolusi yang dialami agar tetap mampu bersaing untuk menciptakan inovasi dalam mewujudkan apa yang menjadi tujuan dari Indonesia.

Karena revolusi ini berdampak terhadap banyak sektor, seperti ekonomi, media, manufaktur, pertanian dan lain-lain. Di sisi lain, banyak perusahaan konvensional yang harus mampu bersaing menghadapi revolusi tersebut di tengah-tengah munculnya startup dan flatform digital lainnya yang mempermudah mobilisasi manusia. (rls)

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar