Komisi I DPR: Kontribusi Generasi Muda  Dibutuhkan dalam Digitalisasi UMKM

 Komisi I DPR: Kontribusi Generasi Muda  Dibutuhkan dalam Digitalisasi UMKM

Jakarta – Ketua Komisi I DPR Meutya Hafid meminta generasi muda Indonesia mengambil peran aktif dan kontributif dalam penguatan digitalisasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Menurut Meutya, UMKM saat ini sebagai sebuah kegiatan ekonomi yang erat kaitannya dengan dunia digital. Para pelaku UMKM diharapkan dapat mengubah mindset bisnis konvensional tersebut menjadi bisnis modern dengan mengandalkan teknologi.

Hal itu disampaikan Meutya Hafid dalam keynote speakernya pada acara webinar bertajuk UMKM Berdaya dengan Digitalisasi, yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (22/5).

Webinar via zoom yang diselenggarakan DPR bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) diikuti 250 mahasiswa dari wilayah Sumatera Utara dan sebagian wilayah Jabodetabek menghadirkan Instruktur Digital Entrepreneurship Academy (DEA) Kemkominfo, Anwar Sadar Siregar dan Owner CV Ocula Smart Teknologi, Danang Pradana, sebagai narasumber.

Dalam paparannya, Meutya Hafid yang juga politisi senior Partai Golkar berharap generasi muda berkontribusi dalam mengembangkan digitalisasi UMKM. Hal itu penting mengingat UMKM selain menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia juga mampu membuka lapangan pekerjaan.

Meutya Hafid mengatkan tingginya kontribusi UMKM mendorong perlunya transformasi bisnis tradisional tersebut menjadi lebih modern melalui penguasaan kemampuan teknologi.

Untuk itu, anak muda, lanjut Meutya Hafid, diharapkan berkontribusi mempercepat pertumbuhan tersebut. “Generasi muda diharapkan dapat mengubah mindset bisnis konvensional tersebut menjadi bisnis modern dengan mengandalkan teknologi,” katanya.

Sementara itu, Owner CV Ocula Smart Teknologi, Danang Pradana mengatakan sektor UMKM Indonesia memiliki peran penting dalam ekonomi negara serta memberikan kontribusi yang signifikan untuk pekerjaan dan PDB.

“Namun UMKM ini sering menghadapi tantangan seperti akses yang terbatas, masalah keuangan dan kurangnya keterampilan digital,” kata Danang Pradana.[*]

Berita Terkait