BERITA UTAMAMODEL & KECANTIKAN

Afitya Sesio Putri Basuki : Anak Muda  Mendominasi Pemanfaatan Media Digital Perlu Membuat Konten Menarik, Tak Asal Diunggah

“MAKANYA, kalau orang tua kasih tahu itu diam, dengerin!” kata perempuan itu sambil memegang sapu lidi.

Ia sedang mencontohkan seorang ibu yang memarahi anaknya. Tak lama kemudian, “Padahal dampak kekerasan orang tua terhadap anak itu besar sekali,” ujarnya.

Adegan di  akun @Afityaputri di akun Tiktok itu viral. Jutaan yang like dan lebih dari 22 ribu kementar.  Afitya Putri, rupanya sedang memberi eduakasi ke para mamah muda dan ibu-ibu untuk menghindari kekerasan terhadap anak.

Berbeda dengan akun-akun kebanyakan yang isinya hanya joget dan lucu-lucuan, Afitya Putri justru konsisten memberikan konten-konten positif cara mendidik anak, pengembangan diri, membangun relasi dan seputar kesehatan mental.

Konten Creator cantik dari Surabaya ini, sengaja  tidak ikut arus besar  di Tiktok tetapi menawarkan ide mengisi platform media digital yang ada dengan tayangan yang inspiratif, berfaedah dan informatif.

“Saya ingin konten saya ada manfaatnya buat yang melihat. Alhamdulillah banyak juga yang menyukai,“ katanya.

Nama perempuan muda ini Afitya Sesio Putri Basuki, kelahiran  Februari 1999 di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Sebagai content creator, Fefe demikian ia disapa,

ia sudah mengambil garis akan konsisten dengan konten-konten edukatif. Fefe yang berlatar pendidikan Sarjana Ilmu Manajemen ini memulai aktif di platform TikTok pada akhir tahun 2020.

“Misi awal aku bikinTikTok adalah curhat tentang bullying, lebih tepatnya pengalaman saya di-bully, dan pengalaman percintaan sampai akhirnya membuat edukasi tentang mental health dan self-development,” kisahnya.

Afitya Sesio Putri Basuki

Konten Fefe ternyata berdampak positif, bahkan sudah banyak membantu netizen yang mengikuti akunnya untuk mencurahkan hati dan minta nasehatnya. Netizen tersebut tak lain adalah pengikut akun Fefe di TikTok: @afityaputri dan Instagram: @afityaputrii. “Gak sedikit yang tertolong dengan konten-konten saya,” kata Fefe.

Lebih jauh, konten kreator yang segera kuliah S-2 jurusan psikolog ini mendapatkan banyak respon positif dari netizen yang membahas tentang pentingnya menjaga kesehatan mental. Berawal dari bullying dan kisah perselingkuhan, Fefe justru menjadi penolong mental health netizen melalui konten unggahannya.

Ada banyak kasus bullying yang sejatinya dalam pandangan Fefe mampu mendorong orang kuat mentalnya, seperti pengalamannya. Berawal dari bullying dijauhin satu angkatan malah menjadi penolong mental health.

“Siapa sangka berawal dari TikTok juga membantu netizen berproses dengan mental health-nya,” terangnya.

Konten lain yang juga banyak mendapatkan tanggapan positif dari nitizen,  tentang orang yang terbiasa menyakiti diri sendiri. Ternyata itu salah satu dampak dari perilaku yang tidak boleh menyampaikan pendapat, tak boleh menangis, dan dipaksa tampak kuat.

Tema tentang  pola asuh atau parenting juga memberi solusi yang bagus. “Mereka yang dilarang untuk berpendapat, maka ketika dewasa suka teriak-teriak, menyakit diri,” kata Fefe di konten itu.

Fefe meminta followernya untuk curhat tentang pengalaman di masa kecil, dan memberikan solusinya.

Bagi Fefe, anak muda yang pada masa ini mendominasi pemanfaatan media digital perlu membuat konten-konten menarik yang tak asal diunggah, apalagi sekedar joget di TikTok.

“Bikin konten TikTok anti mainstream  itu tipsnya, jadikan akun itu wadah berbagi dan memberi edukasi. Fokus saya ingin membantu orang-orang di luar sana yang menonton TikTok saya. Intinya kalau mau main di sosial media atau platfrom apapun, pesan saya jadilah bermanfaat untuk orang banyak,” tegasnya.

Nah, Fefe berharap, semakin banyak konten kreator  pengisi platform di berbagai media sosial yang  membuat  konten  berfaedah bagi netizen penikmatnya. “Semoga lebih banyak lagi konten yang positif, dan bermanfaat,” harap Fefe. (Rls)

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button