BUDAYA 
 PUISI RAMON DAMORA
KEDAI PUISI
setelah hari puisi itu,
 kalau tak salah aku,
 ada seorang penyair
 masih muda dia
 kawan kau juga
 mengantar formulir pilkada
kedai tiba-tiba ramai
cerpenis, pelukis, esais,
 jurnalis, kartunis, novelis,
 memakai atribut seragam
 warna biru-rindu,
 dan hitam-dendam
“kau adalah telinga kami
 di pemerintahan nanti,”
 kata mereka sama-sama
 begitu sempurna
 tapi semua politis
 tak satupun yang puitis
sampai seorang politisi mampir
 menghumban cibir
 “potong ini, kalau
 penyair kalian jadi,”
 suaranya tinggi
 menunjuk telinga sendiri
 sebelah kiri
dan kedai tiba-tiba landai
sesaat semua merasa seronok
 dipersuakan Tuhan kembali
 pada sekeping puisi
 yang menyimpan
 kuping van gogh
aduhai
 Tuhan yang politis
 sekaligus puitis
2017
Ramon Damora
 
 



