PENDIDIKAN

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Uhamka Menyoroti Pentingnya Diplomasi Melalui Naskah Kuno Dan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO

Jakarta, mimbar.co.id – Aula Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menjadi saksi antusiasme puluhan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA (UHAMKA), yang mengikuti kunjungan belajar pada Sabtu, 26 Juli 2025. Mengangkat tema “Komunikasi Internasional: Diplomasi Naskah Kuno dan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO”, kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran langsung mengenai praktik diplomasi budaya dan kebahasaan dalam konteks komunikasi global.

Kegiatan dibuka oleh Dekan FISIP UHAMKA, Dra. Tellys Corliana, M.Hum., yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya memahami komunikasi internasional tidak hanya sebagai konsep teoritis, tetapi sebagai strategi nyata yang melibatkan elemen budaya, sejarah, dan mengusung identitas nasional . “Melalui kunjungan ini, kami ingin mahasiswa melihat sendiri bagaimana diplomasi bisa dilakukan tidak hanya melalui negosiasi politik, tetapi juga melalui warisan budaya seperti naskah kuno dan bahasa,” ujar Tellys.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Andys Tiara, S.Sos,M.I.Kom selaku Kapordi Ilmu Komunikasi FISIP Uhamka dan turut mendampingin dalam kegiatan ini Dr. Nurdin Sibaweh, M.Si dan Mustiawan, M.I.Kom selaku dosen pengampuh mata kuliah Komunikasi Internasional.

Sesi utama diisi oleh Prof. Endang Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., Kepala Perpusnas RI, dan merupakan tokoh utamadalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmikonferensi umum UNESCO, tampil sebagai keynote speaker. Pada paparannya, Prof. Endang menekankan peran strategis naskah kuno sebagai alat diplomasi budaya yang memperkenalkan kekayaan intelektual bangsa ke panggung dunia. Ia juga menjelaskan proses panjang hingga akhirnya Bahasa Indonesia resmi diakui sebagai salah satu bahasa resmi dalam Konferensi Umum UNESCO, sebuah capaian diplomasi kebahasaan yang membanggakan. “Pengakuan ini bukan semata-mata administratif, tetapi simbol bahwa Bahasa Indonesia memiliki kekuatan kultural dan sejarah yang diakui dunia,” tegas Prof. Endang kepada para mahasiswa.

Selain sesi pemaparan, mahasiswa juga diajak melakukan tur singkat ke bagian koleksi naskah kuno Perpusnas. Mereka menyaksikan langsung manuskrip-manuskrip bersejarah yang selama ini menjadi bagian dari identitas literasi bangsa dan kini juga menjadi instrumen komunikasi internasional.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai praktik komunikasi internasional melalui pendekatan diplomasi budaya dan kebahasaan, serta membekali mereka dengan pemahaman praktis tentang bagaimana sebuah bangsa membangun citra dan pengaruhnya melalui kekuatan simbolik.

Mahasiswa pun mengaku mendapatkan pengalaman berharga dari kunjungan ini. “Kami jadi lebih memahami bahwa komunikasi internasional bukan hanya soal bahasa asing, tetapi juga tentang bagaimana kita memperkenalkan budaya dan identitas kita ke dunia,” ujar salah satu peserta, Thifal, mahasiswa semester enam Mata Kuliah Komunikasi Internasional

Kunjungan ini menjadi bagian dari komitmen Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UHAMKA untuk memperluas cakrawala akademik mahasiswa melalui pengalaman lapangan dan dialog dengan para pakar serta praktisi komunikasi dan kebudayaan.

Related Articles

Back to top button