FISIP Uhamka Kunjungi Baduy, Melihat Dari Dekat Tradisi Dan Kearifan Masyarakat
Banten, mimbar.co.id – Studi wawasan masyarakat adat di Baduy, yang dilaksanakan oleh Prodi Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka melalui mata kuliah Komunikasi Antarbudaya, berlangsung di Kabupaten Lebak Banten, Minggu – Senin (12-13/01/2025).
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa dan dosen FISIP Uhamka melihat serta mengalami secara langsung kehidupan keseharian urang Kanekes, yang kuat memegang identitas budayanya, terutama dalam hal penghormatan dan memelihara harmoni dengan alam.
Perjalanan diawali dari Ciboleger menuju kampung Gajeboh dalam kondisi hujan, kadang gerimis dan terkadang cukup deras. Namun demikian, perjalanan tetap dilakukan dengan semangat kebersamaan untuk saling membantu dan mengingatkan agar sampai ke tujuan.
Tiba di Kampung Marengo sekitar pukul 15.05 dan memutuskan menginap sebelum melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Para mahasiswa tersebut Rencana akan menginap di Kampung Gajeboh, namun tidak terwujud karena ada acara adat, pembangunan rumah tokoh Kampung Gajeboh, dimana pengunjung tidak boleh lewat dan menginap.
Dalam proses membangun rumah tokoh kampung Gajeboh tersebut, informasi yang didapatkan dari warga Marengo, baik Baduy dalam maupun Baduy luar terlibat untuk gotong royong, dimana rumah tersebut harus selesai dikerjakan dalam satu hari. Hal ini merupakan suatu tradisi dan kearifan masyarakat Baduy, dengan value utamanya gotong royong.
Beberapa mahasiswa yang selama ini merasa menjadi ‘generasi rebahan’ dalam perjalanan ini sangat kaget dengan rute yang dilaluinya.
Namun demikian, setelah selesai mereka sangat senang dan bangga karena dapat melalui jalur terjal naik-turun.
Bahkan beberapa mahasiswi menyampaikan diminta ibunya harus ikut kegiatan ini agar tidak dirumah saja dan bisa melakukan perjalanan serta melihat keindahan serta kearifan Baduy. Seperti Shafa, Suci, Vera, Rifdah, Caca dan Awa mengaku akan menceritakan dengan bangga kepada orang tuanya atas perjalanan yang dilakukannya.
Sementara itu, mahasiswa lainnya seperti Fadhly, Qisan, Bunga, Dava, Nur dan Diva mengaku heran karena selama bermalam di Kampung Marengo tidak ada nyamuk yang menemaninya, padahal ini perkampungan. Masyarakat Baduy, ketika ayam berkokok sekitar pukul 04.00 sudah bangun dan bersiap untuk beraktivitas.
Pentingnya Studi Wawasan bagi Mahasiswa
Studi wawasan masyarakat adat di Baduy, sebagimana dilaksanakan oleh Prodi Ilmu komunikasi FISIP UHAMKA melalui mata kuliah Komunikasi Antarbudaya, menurut Dr. Eko Digdoyo, selaku Wadek III, penting sebagai upaya memberikan dan menguatkan kajian akademik bagi mahasiswa.
“Kegiatan perkuliahan di ruang kelas memang penting, namun mahasiswa akan mendapatkan nilai lebih manakala diajak langsung melakukan pengamatan sosial masyarakat adat yang kental dengan nilai kearifan,” ujarnya.
Eko Digdoyo juga menyebutkan, mahasiswa yang mengikuti studi wawasan masyarakat adat Baduy ini, merupakan mahasiswa yang diajarkan untuk menguatkan berbagai nilai kearifan, diantaranya kearifan budaya, kearifan ekologis, kesederhanaan ekonomi, kesederhanaan transportasi, kesederhanaan teknologi, kesederhanaan hidup, dan religi.
“Belajar dari studi wawasan masyarakat adat Baduy, hingga saat ini masyarakat adat tersebut masih bertahan dengang nilai kearifan yang sangat kuat. Hiruk pikuk masyarakat di luar memang sudah terjadi, namun bagi masyarakat adat Baduy hingga saat ini masih komitmen menjaga nilai-nilai kearifan budaya, ekologi, dan kearifan identitas lainnya,” paparnya.
Menurut Eko Digdoyo, menyikapi kearifan budaya selain merupakan warisan dari orang tua, budaya perlu dipelajari, dan dilanjutkan para generasi agar menjadi mengerti, memahami, dan belajar kerjasama (gotong-royong).
Untuk itu, studi wawasan masyarakat adat seperti ini bagi mahasiswa perlu terus dikembangkan, ujar Eko Digdoyo.
Sementara Andys Tiara, M.IKom, selaku aprodi Ilmu Komunikasi FISIP Uhamka, mengungkapkan kehidupan yang sangat erat dengan alam, berbagai ritual adat yang masih dilestarikan, dan kearifan lokal yang masih terjaga dalam mempertahankan tradisi adat norma leluhur menjadi momentum refleksi berharga bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UHAMKA dalam kunjungan studi wawasan Komunikasi Antarbudaya ke Desa Baduy.
Ditengah gempuran modernisasi, Desa Baduy menawarkan studi kasus yang menarik. Bahasa, nilai-nilai dan tata krama yang berbeda dengan masyarakat modern menjadi pembelajaran berharga dalam memaknai komunikasi antarbudaya.
“Jadi kunjungan ini menyadarkan kami semua akan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh masyarakat Baduy, diantaranya tekanan modernisasi, pelestarian lingkungan, dan pentingnya menjaga keberagaman budaya dalam mempertahankan identitas,”ujar Andys.
Sementara itu, Komunikasi dan budaya dalam konteks Komunikasi Antarbudaya menurut Dr. Nurdin Sibaweh, memiliki relasi yang sangat kuat, karena komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi.
Sehingga dengan melihat dan mengalami secara langsung masyarakat Baduy, mahasiswa dapat melihat budaya dan kehidupan kesehariannya.
“Dalam kunjungan ke Baduy ini, mahasiswa juga dapat mengetahui beberapa hal terkait prinsip-prinsip dasar teori komunikasi antarbudaya, apabila kedepan berminat untuk riset mengenai KAB, seperti positionality principle, dimana setiap orang dapat mengklaim otoritas terhadap budaya, tetapi tetap terbuka terhadap kebudayaan orang lain,”paparnya.
Hal ini belaku bagi mahasiwa yang melihat Baduy, sehingga ia tidak boleh menganggap budaya dirinya lebih unggul dari budaya Baduy.
Selain itu ada prinsip the pendulum principle, dimana KAB dengan segala dinamikanya bermanfaat untuk mengurangi ketegangan dalam praksis komunikasi, ujar Nurdin Sibaweh.
“Kunjungan ke Baduy ini memang cukup singkat, namun mahasiswa banyak yang tertarik untuk kembali berkunjung dan melakukan studi,” ungkapnya.
Target kunjungan ini memang agar mahasiswa mengenal terlebih dahulu bagaimana kehidupan masyarakat Baduy, dengan melihat dan mengalaminya secara langsung untuk lebih dekat mengenal khazanah kearifannya yang amat kaya, tambah Nurdin.