LIFESTYLE

Bunga Semerah Darah, Kawinnya Film dan Teater ala Iwan Burnani

JAKARTA – Genre Teater-Film, yang menggabungkan antara teater dan film relatif baru di Indonesia. Sutradara Iwan Burnani Toni (71 tahun) yang merupakan anggota senior Bengkel Teater mencoba melakukan hal itu.

Dalam pertunjukan ini Iwan menampilkan sebuah film format layar lebar berdurasi dengan materi campuran antara adegan-adegan di luar panggung dan di atas panggung. Adegan di luar panggung meliputi adegan di outdoor jalanan sampai adegan di dalam interior rumah.

Sementara yang di atas panggung menggunakan proscenium sebagaimana pentas teater. Mencampurkan antara adegan di luar panggung dan diatas panggung memiliki kesulitan-kesulitan sendiri. Tantangan terbesar adalah bagaimana adegan di luar dan di atas panggung mampu memiliki kontinuitas dan kesinambungan yang natural.

Proses pengambil syuting di panggung sendiri oleh Iwan tidak diambil one take, one shot – atau sekali jadi sebagaimana proses pendokumentasian sebuah pementasan teater namun dengan pendekatan pengambilan gambar sebuah syuting film.

“Seluruh adegan di panggung saya ambil cut to cut persis syuting film, sehingga filmis,” kata Iwan. Bahkan sebuah adegan bisa dilakukan berkali-kali take. Bisa disebut apa yang dilakukan Iwan ini merupakan eksprimen yang memunculkan alternatif baru dalam dunia teater di Indonesia.

Debut pertama Teater-Film karya Iwan Burnani Toni adalah saat ia membuat Teater-Film Petang Di Taman yang bertolak dari naskah drama karya Iwan Simatupang. Teater-Film Petang Di Taman itu diputar Iwan pada 16 Januari 2022 di Teater Kecil – TIM.

Selanjutnya Teater-Film Petang Di Taman ditayangkan di tiket.com dari 31 Januari sampai 13 Februari 2022. Untuk keperluan Teater-Film Petang Di Taman, Iwan Burnani merombak naskah Iwan Simatupang. Ia tidak mentah mentah menyajikan persis naskah Iwan Simatupang.

“Saya berusaha menangkap intinya, membuatnya lebih realis dan kemudian
mempertajam kemungkinan konfliknya,” kata Iwan Burnani.

Ia menciptakan karakter baru yang tidak ada dalam naskah asli Iwan Simatupang. Naskah asli yang hanya empat tokoh ia buat menjadi enam tokoh.

Dan sekarang Iwan Burnani untuk kedua kalinya menyajikan Teater-Film. Sungguh suatu kerja produktif. Di tahun 2022, dalam usianya lebih dari 70 tahun ia mampu memproduksi dua karya Teater-Film. Sementara banyak pekerja teater lainnya yang berhenti atau menunda berkarya.

Bunga Semerah Darah adalah naskah yang
ditulis almarhum Rendra saat masih kelas 2 SMP di tahun 1950. Naskah ini adalah
naskah realis yang berusaha memotret kemiskinan dan ketimpangan sosial. Melalui naskah ini, dapat dilihat betapa Rendra sejak belia sudah memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Rendra selalu memiliki simpati yang besar terhadap orang papa, kaum tersisih dan marginal.

Rendra selalu bertolak dari humanisme.
”Naskah Bunga Semerah Darah karya guru saya Rendra ini, saya adaptasi agar memiliki relevansi dengan persoalan kekinian yang kita hadapi bersama. Naskah dengan suasana tahun 50-an ini saya bumikan menjadi berlangsung di masa pandemi,” kata Iwan Burnani.

Naskah Bunga Semerah Darah di tangan Iwan Burnani Toni menjadi sangat aktual. Tatkala musim wabah ini kita melihat betapa banyak orang kehilangan pekerjaan dan betapa mereka yang dari golongan ekonomi lemah hidupnya makin tertekan. Dan hal itu yang dapat kita saksikan saat menonton Teater-Film besutan Iwan ini.

Teater-Film Bunga Semerah darah yang akan ditayangkan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jumat, 11 November 2022 pukul 19.30 dimainkan oleh aktor-aktor dan aktris yang telah malang melintang di dunia film dan teater antara lain: Tyo Pakusadewo, Maudy Koesnaedi, Vonny Anggraini, Asrul Dahlan, Adam Syahel, Joind Bayuwinanda dan lain-lain.

Pimpinan Produksi, Ronny Mepet. Penata Sinematografi, Gunung Nusa Pelita, yang pernah menjadi nominasi pengarah
Sinematografi Terbaik FFI. Asisten sutradara adalah Taslim Idrus. Penata Artistik Hery Djaduk.

Bila pada Teater-Film Petang Di Taman unsur syuting di luar panggung hanya sekitar 20 persen pada Bunga Semerah Darah hampir separuh adegan disyuting di jalanan atau interior rumah non proscenium panggung.

“Lebih 50 persen adegan diambil bukan di panggung. Lokasi adegan disyuting di kawasan Grogol Petamburan Jakarta Barat, kolong jembatan Fly Over sampai perumahan leuwinanggung, Cibubur Bogor,” Iwan Burnai Toni menjelaskan.

Akan halnya adegan di panggung menggunakan proscenium Teater Kecil di TIM. Panggung Teater Kecil ditata dengan set-set sederhana yang mengesankan interior sebuah kontrakan sederhana.

Suasana panggung teater tetap dipertahankan tanpa dipoles dengan set berlebihan. Bahkan pada sebuah adegan, Iwan Burnani menginginkan kamera memperlihatkan adanya kursi-kursi penonton yang kosong. ”Saya sengaja menampilkan kursi-kursi kosong di gedung Teater Kecil masuk dalam satu adegan agar tetap unsur atau nuansa teaternya kuat,” kata Iwan.

Bagian belakang Teater Kecil juga ditata seperti lorong-lorong rumah kumuh agar menyambung dengan suasana lorongl-orong kumuh di daerah Petamburan yang digunakan sebagai salah satu lokasi syuting.

Di beberapa adegan yang menarik Iwan menyelipkan beberapa kalimat-kalimat sajak terkenal Rendra masuk ke dalam dialog.

Iwan sendiri menjadi anggota Bengkel Teater sejak di Yogja tahun 1972 dan terlibat dalam pentas-pentas penting Bengkel dari Mastodon dan Burung Kondor, Perjuangan Suku Naga, Lysistrata sampai Selamatan Cucu Anak Sulaiman.

Teater-Film Bunga Semerah Darah ini adalah penghormatannya kepada almarhum Rendra dan segenap anggota Bengkel Teater yang telah berpulang, seperti,Adi Kurdi, Sunarti Suwandi, Ken Zuraida, Areng Widodo, Radhar Panca Dahana dan Lily Suardi (Hidayati Aisyah).

Film produksi Teater Baling-Baling dan disupport oleh Borobudur Writers and
Cultural Festival (BWCF) dan Djarum Bakti Budaya ini setelah diputar premiere di
Teater Kecil – Taman Ismail Marzuki Jumat, 11November 2022 pukul 19.30 selanjutnya
akan ditayangkan Djarum Bakti Budaya di kanal YouTube Indonesiakaya.

Ncank Maeel

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button