Betting Aceh Bisa Dijadikan KEK Pariwisata Riau
Riau, mimbar.co.id – Pulau Beting Aceh, yang berada di Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau mempunyai daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata, kawasan pantai pasir putih terbentang di antara laut yang berwarna kebiruan.
Sebagai salah satu pulau terluar, posisi Pulau Beting Aceh berada di Selat Malaka dengan luas sekitar 2,5 hektar. Di tengah pulau terlihat jejeran pohon cemara laut.
Bahkan Pulau Beting Aceh ini, nantinya bisa dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata bagi Provinsi Riau.
Kepala Dinas Pariwisara Provinsi Riau Fahmozal Usman
“Ini kita tinggal menunggu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). RTRW Tim Provinsi selesai, disini investor juga sudah antri untuk mengembangkan kawasan tersebut,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Fahmizal Usman, saat di temui di ruang kerjanya, Dinas Pariwisata Provinsi Riau, belum lama ini.
Lebih jauh Kadispar Riau menjelaskan, seperti halnya Pulau Rupat yang tidak jauh dari Pulau Beting Aceh ini, merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), yang tercantum dalam Peraturan Presiden (PP) nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, tengah dalam proses pengembangan yang sudah dikoordinasikan intensif dengan Kementerian Pariwisata, Kemendagri, Kemenko Maritim dan sejumlah kementerian lainnya.
Ini satu-satunya yang dimiliki Provinsi Riau, sedangkan tahun 2012 sudah di buat masterplannya, sehingga masterplan itulah yang di tawarkan kepada investor, untuk pengembangan kawasan tersebut menjadi KEK.
“Kemarin itu sudah banyak yang berminat, tapi yang menjadi kendala RTRW nya yang belum resmi,” jelasnya.
Selain Konsep masterplan yang di buat, kita juga mengikut kepada program stategis pariwisata nasional. Mengingat target pariwisata nasional tahun ini sebesar 17 juta wisatawan. Bahkan di tahun 2019 target wisatawan berkunjung ke Indonesia sebesar 20 juta orang.
Menyiapkan Akomodasi
Maka lanjut Fahmizal, untuk memenuhi target tersebut, Indonesia masih kurang sebanyak 120 ribu kamar yang harus dipersiapkan, program pemerintah itu adalah membuat homestay. Sebab homestay ini cukup masyarakat yang punya rumah, kamarnya bisa di jadikan homestay, kalau membangun hotel tentunya membutuhkan waktu yang lama.
Untuk itu menurut Fahmizal, upaya yang dilakukan untuk mengejar kekurangan kamar sebanyak 120 ribu tersebut, seperti Desa Teluk Jering, di Kabupaten Kampar saat ini sudah tersedia 50 homestay.
Kadispar Riau juga menjelaskan, program lainnya untuk menyiapkan akomodasi, membuat nomadic tourism, dimana wisatawan tersebut bisa berpindah-pindah. yang saat ini Pemprov Riau sedang mendorong investor, untuk membangun glamping alias glamorous camping, merujuk pada kegiatan berkemah di alam terbuka, paparnya.
“Kami dari Dinas Pariwisata mencoba memetakan, dimana tempat-tempat yang bisa dijadikan tempat nomadic tourism, dibuat ada tenda, tapi seperti hotel,” ujarnya.
Di Lewati Cruise Ship
Ia tidak membantah bahwa pariwisata yang ada di Riau ini, memiliki potensi wisata yang sangat bagus. “Mungkin selama ini orang terlena dari dana bagi hasil minyak, dan di Riau ini juga memiliki kebun kelapa terluas di dunia yang ada di satu Kabupaten,” ungkapnya.
Fahmizal juga menjelaskan mengenai Pulau Rupat yang ada di Selat Malaka ini, ternyata selalu di lewati cruise ship, dari Singapure menuju Phuket. Bagaimana kalau Kapal Pesiar tersebut berhenti, dan wisatawannya turun, pastinya mereka akan belanja.
“Kita sudah punya pelabuhan, tinggal butuh titik labuhnya saja, minimal di dua tempat, di Pulau Rupat dan di Pulau Jemur yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia,” tambahnya.(Van)