Amy Atmanto : Kita Mendominasi Fashion Muslim, Googling Keyword “Moslem Fashion”
JAKARTA – Desainer, Founder Fashion Brands & Pembina Industri Kreatif, Amy Atmanto mengatakan, trend global dalam pengeluaran untuk modest fashion dunia tertinggi adalah di Turki dengan total belanja 29 billion dollar, disusul UAE dengan spending 23 billion dollar dan Indonesia dengan total spending 21 billion dollar.
Sementara total world spending untuk pakaian muslim di tahun 2018 tumbuh 4,8 persen dari 270 billion dollar, menjadi 283 billion dollar. Di tahun 2024 diperkirakan spending untuk Moslem dan clothing apparel akan tumbuh sebesar 6 persen mencapai 402 billion dollar.
“Saya menggunakan istilah modest fashion untuk mendorong mindset kita untuk dapat mengexplore wilayah-wilayah kreatif beyond traditional moslem outfit. Dengan istilah ini kita tidak dibatasi oleh konsepsi umum tentang busana muslim (gamis, abaya, kaftan),” kata Amy di Jakarta.
Lanjutnya, Amy menuturkan, Indonesia merupakan pasar domestic No tiga terbesar dengan 21 triliun dollar, selain itu, gaya desain Indonesia diterima di dunia. Karena itu dia yakin Industri halal termasuk didalamnya modish fashion, bisa menjadi pematik ekonomi nasional.
“Kita mendominasi pencarian googling dengan keyword “moslem fashion”, hasilnya Indonesia 77 persen, 15 persen Malaysia, dan sisanya Inggris, India dan negara lain. Ini membuktikan Indonesia mendominasi fashion muslim,” jelasnya
Meski demikian, Amy tidak memungkiri tantangan yang dihadapi industri modest fashion Indonesia antara lain masih terperangkap pada desain tradisional, kurangnya inovasi, keterbatasan skill pemasaran dan persaingan usaha, bahan baku yang masih harus import, dan kebanyakan usaha fashion masih mengandalkan dari hobby serta kurangnya modal usaha, ungkapnya.
Untuk itu, Amy mendesak agar pengusaha dan Desainer pelaku industry modest fashion harus berinovasi beyond traditional line seperti Hijab, Abaya, Gamis. Selain itu, pemerintah agar lebih berperan untuk membuat kebijakan iklim kompetisi yang sehat.
“Kita masih ingat pernyataan Menteri Perdagangan ‘Bagaimana mau bersaing kalau harga hijab impor 1900 rupiah ??’. Dalam hal ini Pemerintah berupaya menertibkan predatory pricing agar produk-produk dalam negeri tidak tergerus oleh produk asing,”papar Amy.
Dia juga berharap outlet brand International di Indonesia bisa mengalokasikan space outletnya untuk produk modest fashion Indonesia.
“Harapannya bayangkan saja jika sebagai contoh : Product modest fashion Indonesia mendapat alokasi space di Zara Australia, Jerman, dan lainnya,” jelasnya.
Dia juga menyebutkan, prospek industry modest fashion di Indonesia dapat direalisasikan sampai munculnya, “Unicorn Fashion Moslem Indonesia”. Namun untuk itu dibutuhkan peran pengusaha fashion, investor, perbankan dan pemerintah.
“Pelaku Modest Fashion Indonesia harus mampu menarik minat para Angel Investor/investor melirik dan berinvestasi di bidang Modest fashion agar tidak hanya berinvestasi pada start up di bidang aplikasi teknologi saja,” tambah Amy. (rls)