BERITA UTAMA

Pentas Teater Monumental Darah Sang Surya Mengalir di Tubuh PETA: Apresiasi LSB PWM DKI untuk Jenderal Sudirman

Jakarta, mimbar.co.id – Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (LSB PWM) DKI Jakarta sukses mementaskan karya teater monumental bertajuk “Darah Sang Surya Mengalir di Tubuh PETA (Djenderal Soedirman)”.

Pertunjukan yang mengangkat keteladanan dan semangat perjuangan Jenderal Besar Soedirman ini digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, dalam dua sesi pementasan penuh antusiasme, yakni pukul 13.30 WIB dan 19.30 WIB.

Pementasan merupakan produksi ke-5 LSB PWM DKI Jakarta ini berhasil menghidupkan kembali narasi sejarah perjuangan bangsa dengan sentuhan dakwah kebudayaan yang mendalam.

Kolaborasi Megah di Balik Layar

Karya teater kolosal ini ditulis dan disutradarai oleh Ketua LSB PWM DKI Jakarta, Prof. Dr. M. Imamuddin S. Bumiayu, MM., M.Sc., yang secara konsisten menggunakan seni sebagai medium penyampaian nilai-nilai perjuangan. Di bawah tanggung jawab produksi Prof. Dr. Agus Suradika, M.Pd., pementasan ini melibatkan hampir 200 pemain dari berbagai elemen Muhammadiyah, mulai dari akademisi, seniman, dosen, mahasiswa, hingga pelajar, serta peserta dari luar lingkungan Muhammadiyah di Jabodetabek.

Namun yang menarik, Ketua PWM DKI Jakarta, Dr. H. Ahmad Abu Bakar, M.M., turut langsung berperan sebagai Jenderal Soedirman. Penampilannya menuai pujian atas penghayatan yang luar biasa.

“Kelancaran drama teater diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi siswa-siswi, khususnya untuk memahami sejarah perjuangan yang luar biasa dari Jenderal Soedirman. Perjuangan beliau memberikan dampak positif besar bagi bangsa dan negara Republik Indonesia,” ujar Dr. Ahmad Abu Bakar, menggarisbawahi pentingnya sejarah sebagai panutan.

Seni sebagai Media Dakwah dan Pendidikan Karakter

Prof. Dr. Imamuddin S. Bumiayu, selaku penulis dan sutradara, menegaskan bahwa teater ini bukan sekadar ekspresi seni, melainkan media dakwah kebudayaan Muhammadiyah.

“’Darah Sang Surya Mengalir di Tubuh PETA’ adalah bentuk persembahan kami untuk bangsa dan Persyarikatan. Melalui kisah Jenderal Soedirman, kami ingin menanamkan kembali semangat perjuangan, keikhlasan, dan keberanian yang bersumber dari nilai-nilai Islam,” tegas Prof. Imamuddin.

Senada dengan hal itu, Prof. Dr. Agus Suradika, M.Pd., juga menyoroti komitmen LSB PWM DKI Jakarta dalam merespons perkembangan budaya, salah satunya dengan menghadirkan Tari Zapin Muhammadiyah sebagai respons kreatif terhadap budaya global.

Apresiasi Penonton dan Semangat Pemain

Antusiasme penonton dan pemain terlihat jelas memadati Teater Besar TIM. Kerja kolaboratif tim produksi mulai dari tata artistik, tata musik (bersama Goes Plus), tata rias, hingga tata kostum digarap secara profesional, didukung oleh penampilan vokal dari Prof. Agus Suradika dan Dr. Nurlina Rahman, M.Si.

Pengunjung seperti Erika mengaku terkesan dengan kualitas pertunjukan dan informasi sejarah yang baru ia dapatkan.

“Menurut saya ini seru banget apalagi teather nya dari lighting nya terus dari musiknya juga udah bagus, terus acting dari orang-orangnya tuh bagus banget saya suka,” ungkapnya.

Sementara itu, Okky, salah satu pemain yang memerankan dua karakter komandan (Jepang dan Belanda), mengungkapkan rasa bangganya.

“Gak nyangka Pak Ketua [PWM DKI] mainnya bagus banget dan bisa menggambarkan Soedirman dengan sangat apik. Saya berperan sebagai Komandan Jepang dan Komandan Belanda dua karakter yang sangat berbeda, tapi itu justru jadi tantangan luar biasa.”

Lelly Qodariah, S.E., M.Pd. selaku Sekretaris LSB dan Manajer Produksi, berharap LSB dapat terus berkarya dan mengembangkan kerjasama, serta membantu mengasah talenta-talenta di bidang seni dan entertain.

LSB PWM DKI Jakarta juga mengajak penonton untuk berpartisipasi dalam kampanye digital budaya dengan membuat konten dan menandai akun resmi Instagram @lsbpwmjkt, sebagai upaya melestarikan seni dan budaya nasional lewat media digital.

Related Articles

Back to top button