DAERAH

Meneladani Piwulang Jayeng Irawan Untuk Mengapai Ketentraman Hidup

Yogyakarta, mimbar.co.id – “Manusia hidup hanya sekali, maka jangan menjadi pribadi mendapatkan kehinaan'”. Kutipan naskah singkat nasehat dari R.T. Jayeng Irawan yang merupakan Patih Kadipaten Pakualaman tersebut kembali dibedah dan didiskusikan dalam Dialog Budaya yang digelar Kadipaten Pakualaman, Jumat malam (15/8/2025).

Naskah Piwulang Jayeng Irawan yang sudah berumur 150 tahun itu menjadi inspirasi bagaimana manusia menjalani kehudupan.
Menurut Dosen Universitas Negeri Semarang UNES, Yusro Edy Nugroho, ajaran atau piwulang Jayeng Irawan bisa menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia. Pitutur dan sikap atau perilaku Jayeng Irawan bisa menjadi contoh yang baik.

“Sebagaimana yang tercatat di naskah PI.21 da PI.22 Perpustakaan Widya Pustaka Pura Pakualaman, piwulang atau ajaran Jayeng Irawan mengajarkan sifat kejujuran, loyalitas hingga rejeliutas. R.T. Jayeng Irawan memahami hidup bukan sebagai sarana untuk menikmati anugrah, tetapi beliau memahami hidup ini sebagai upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik” terang pria kelahiran Kebumen ini.

Yusro menambahkan, Jayeng Irawan sosok yang memiliki perangai dan perbuatan yang jujur, pada awalnya memiliji keteguhan dan kebaikan. Sehingga ia selalu mendapatkan keselamatan, ia mendengarkan setiap hal dan mentaati.

Karena sifat beliau, imbuhnya, sampai-sampai Paku Alam II mengakui bahwa pribadi Jayeng Irawan memiliki sifat yang jujur dan watak yang luwes.

Sementara itu Enjang Prasetyo Wening Piwulang Jayeng Irawan merupakan warisan budaya dari Kadipaten Pakualanan yang berisi ajaran tentang pengembangan diri, pembentukan etika, moral, serta karakter baik untuk individu maupun kelompok.
Dijelaskan Enjang, naskah Jayeng Irawan telah masuk dalam nilai warisan budaya tak berbenda. Dan naskah ini pada masa lampau yang ada pada piwulang ini dijadikan pedoman bagi keluarfa Pakualaman dan hingga kini tetap dapat dijadikan acuan, tidak hanya trah Pakualaman tetapi juga masyarakat umum.

“Dari segi budaya, naskah ini merupakan bagian dari identitas budaya Pakualaman yang masih dijaga .Selain itu, saat ini naskah juga berfungsi sebagai pelesatari nilai etika dan moral Jawa serta menjadi media untuk menjalin dialog antar generasi” ujar Enjang

Related Articles

Back to top button