PWI DKI Jakarta Ajak Media Dan Masyarakat Wujudkan Pilkada Damai Tanpa Isue Sara Dan Hoax
Jakarta-mimbar.co.id-Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi DKI Jakarta selenggarakan diskusi publik dengan tema, “Peran Media dan Masyarakat wujudkan Pilkada Damai Tanpa Isue Sara dan Berita Hoax”. Kegiatan tersebut berlangsung di Sekertariat PWI Provinsi DKI, Gedung Prasada Sasana Karya, Jakarta Pusat, Selasa (27/3).
Diskusi publik ini dibuka oleh Ketua PWI Provinsi DKI Jakarta, Endang Werdiningsih, di hadiri oleh para awak media, mahasiswa serta pengurus PWI Provinsi DKI Jakarta.
Diskusi menampilkan pembicara, Tokoh Pers H Kamsul Hasan,.SH,MH, Dr Lestari Nurhayati, MSi, Sosiolog dan Pengamat Pemilu Internasional serta Dr Syafiq Hasyim, Direktur International Center for Islam dan Pluralism. Diskusi dipandu Kesit B Handoyo Sekertaris 1 PWI Prov DKI Jakarta.
Ketua PWI DKI Jakarta Endang Werdiningsih mengajak para peserta diskusi untuk ikut berperan dalam menciptakan pemilu damai, yang aman dan kondusif, sehingga dapat menghasilkan pemimpin yang berkualitas.
“Menjalankan tugas para jurnalis, selalu berpegang teguh pada kode etik jurnalistik, sehingga semua informasi bisa dipertanggung jawabkan,” ujarnya.
Sementara itu Direktur International Center for Islam dan Pluralism, Dr Syafiq Hasyim mengaku tidak berharap banyak atas penegakan hukum dalam penuntasan maraknya berita hoax dan ujaran kebencian.
“Upaya untuk mengatasinya, hukum memang sangat dibutuhkan untuk meniadakan (hoax) tersebut, tapi saya pesimis,” ujarnya.
Syafiq menyebutkan, dengan adanya pasal yang mengatur perbuatan hoax dan ujaran kebencian, hal tersebut tidak menyurutkan para pelakunya untuk menyebarkan berita bohong. Pasalnya para pelaku menyebar berita hoax bersedia dijerat oleh ancaman pasal tersebut.
Oleh sebab itu lanjut Syafiq, fenomena penyebaran hoax atau pelaku penyebar ujaran kebencian merupakan tanggung jawab kita bersama memeranginya, seperti memberikan edukasi terhadap masyarakat, juga pendekatan secara kultural.
Selanjutnya Ketua Dewan Kehormatan PWI DKI Jakarta yang juga tokoh pers, H. Kamsul Hasan menyebutkan, isu sara dan hoax itu di ibaratkan air, yang mencari celah dimana ada ruang kosong, maka disitulah ia masuk.
Menurut Kamsul, perlunya masyarakat untuk mendapatkan pemahaman tentang permasalahan hoax tersebut dengan literasi .
Dr Lestari Nurhayati, MSi, berharap sebagai jurnalis dapat mensukseskan Pilkada dan dalam penulisannya harus menampilkan fakta dan data yang ada tetapi tidak menimbulkan kegaduhan.
Fenomena sara dan hoak sebelum kita, fenomena tersebut sudah ada, dan akan selalu ada dangan kehadiran internet, dimana informasi bisa cepat berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Maka untuk mengantisipasi isu sara dan hoax tersebut, perlunya literasi.(Van)