Siwo Jaya Lahir di Tangga Gedung KONI Pusat 3 Bulan Sebelum Ganefo II
TANGGAL berapa dan bulan apa Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia Jakarta Raya (Siwo PWI Jaya) lahir atau didirikan? Belum ada kepastian. Ada yang menyatakan atau menulis Siwo Jaya (demikian kerap disebut) lahir pada bulan April 1966, Juli 1966, dan Oktober 1966. Namun tidak satupun yang menulis tanggal berapa.
“Yang pasti Siwo Jaya lahir dan terbentuk kepengurusannya utuk pertama kalinya sekitar tiga bulan menjelang penyelenggaraan Ganefo (Games of the New Emerging Forces), atau pesta olahraga yang diciptakan oleh Indonesia (Presiden Soekarno) sebagai tandingan Olimpiade, yang kedua sekaligus terakhir, di Phnom Penh, Kamboja.” Itu kata salah seorang saksi hidup, yang ikut rapat membentuk organisasi wartawan olaraga Jakarta itu, Norman Chaniago.
“Saya ingat betul, rapat diadakan di tangga Gedung KONI Pusat Senayan, pada hari Rabu. Jadi bukan di Sekretariat PWI Jaya di Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, seperti pernah ditulis,” kata Norman Chaniago, yang akrab disapa sebagai Bang Norman.
Gedung KONI Pusat yang dulu hanya dua lantai, kini sudah berubah menjadi Pusat Perbelanjaan FX Jl. Sudirman/Jl. Pintu I Gelora Senayan , Jakarta, yang menjulang tinggi.
Sejarah berdirinya Siwo PWI Jaya dan perkembangannya sepertinya perlu ditelusuri secara serius. Bukan karena merupakan wadah berkumpulnya wartawan olahraga pertama di Indonesia, yang jauh lebih dulu terbentuk dibanding Siwo PWI Pusat, namun sepak terjangnya dalam ikut membangun prestasi olahraga di Tanah Air termasuk luar biasa. Anggota Siwo Jaya tidak hanya berurusan dengan berita-berita olahraga, tapi juga ikut lansung dalam mendorong terciptanya prestasi di berbagai cabang olahraga. Sejumlah aggota Siwo Jaya bahkan dipercaya menduduki posisi kunci di pemerintahan, atau di organisasi terpandang.
Namun di tengah kehebatan Siwo Jaya, ternyata hampir seluruh anggota Siwo Jaya tidak ingat persis siapa saja yang pernah dipercaya menjadi Ketua Siwo Jaya. Bahkan beberapa senior Siwo Jaya yang coba dihubungi; Norman Chaniago, Sam Lantang, Igs Sunito, Adhi Wargono, TD Asmadi, Otang Fharyana, ingatnya pun sepotong-sepotong. Sedang siapa saja Ketua Siwo Jaya sejak Sam Lantang hingga sekarang, Ian Situmorang dan Gungde Ariwangsa membantu mengingatkan.
Maka ditemukanan urutan Ketua Jiwo Jaya sejak terbentuknya hingga saat ini.
1. Sondang Meliala (1966-1970)
2. Lukman Setiawan (1970-1972)
3. Sumohadi Marsis (1972-1974)
4. Kasim Aruan (1974-1975)
5. Ardy Syarif (1975-1980)
6. Sam Lantang (1980 – 1990)
7. Atal S Depari (1990 – 1999)
8. Ian Situmorang (1999 – 2001)
9. Gungde Ariwangsa (2001 – 2004)
10. Kesit B Handoyo (2004 – 2009)
11. Kesit B Handoyo (2009 – 2012)
12. Hari Bukhari (2012 – 2019)
13. Agus Susanto (2019 – 2024)
Periode kepengurusan Siwo Jaya awalnya hanya 3 tahun. Namun dalam perjalanan berikutnya masa kepengurusan diperpanjang menjadi 5 tahun.
Lalu kapan persisnya Siwo PWI Jaya terbentuk?
“Ya itu tadi. Hari Rabu, setelah pertengahan bulan Juli,” kata Bang Norman.
Norman adalah salah seorang wartawan olahraga Jakarta yang ikut dalam rapat perdana pembentukan dan pemilihan pengurus Siwo Jaya tersebut.
Ada 11 orang yang ikut dalam rampat. Mereka adalah; Sondang Meliala (Berita Yudha), Rahim Usman, Abdullah (LKBN Antara), Ardy Syarif, Lukman Setiawan (Harian Kami), Norman Chaniago, MS Sulin (Api Pancasila), Th Budi Susilo (Kompas), Tubagus Abas (Duta Masyarakat), Zuhry Husein (PAB), dan Edy Sihombing (RRI).
Hari Rabu setelah peprtengahan bulan Juli tahun 1966 adalah tanggal 20.
Jadi Siwo Jaya tebentuk pada tanggal 20 Juli 1966?
“Betul. Tanggal 20 Juli, tiga bulan menjelang pelaksanaan Ganefo di Phnom Penh, Kamboja,” kata Bang Norman yang pada bulan Februari 2022 ini genap berusia 80 tahun.
Ganefo II dilaksanakan tanggal 25 November-6 Desember 1966.
Setelah Siwo Jaya terbentuk dan pengurusnya terpilih, beberapa hari kemudian Siwo Jaya dikukuhkan Dirjen Olahraga Sukamto Saydiman. Pada kesempata itu Dirjen Olahraga itu juga memutuskan mengirimkan 8 orang anggota Siwo meliput Ganefo II di Phnom Penh atas biaya negara.
“Saya tidak termamsuk diatara 8 orang itu. Saya diberagkatkan beberapa bulan kemudian, pada tahun 1967 ke Seoul, Korea Selatan, meliput kejuaraan bola basket se Asia. Juga atas biaya negara,” kata Bang Norman.
Sejak berdirinya Siwo, organisasi profesi tersebut termasuk dalam organisasi KONI Pusat bersama induk-induk cabang olahraga, karena ketika itu belum ada Siwo Pusat.
Turut Berperan
Siwo Jaya sejak kelahirannya selalu berjalan beriringan dengan organisasi olahraga yang ada. Wartawan olahraga tidak hanya sekadar meliput kegiatan, tetapi tutut berperan merangsang lahirnya bibit-bibit atlet dan mendorong terciptanya prestasi.
Ada turnamen tinju nasional Sarung Tinju Emas (STE) yang menjadi anjang pencarian bibit petinju yang ternyata memang mampu memunculkan bibit-bibit handal yang digelar pertamakalinya tahun 1976 di Ambon.
Ada Invitasi Balap Sepeda Khusus Track yang digelar 8 tahun berturut-turut (1989-1996) di era kepengurusan Siwo Jaya pimpinan Sam Lantang, yang juga melahirkan sejumlah atlet berprestasi. Sejak era 90an itu hingga kepengurusan Siwo berikutnya ada pula invitasi berskala nasional untuk cabang bola voli, bola baset, sepatu roda, selain kegiatan olahraga massal Gerak Jala Piala Wakil Presiden, dan banyak lainnya.
Siwo tidak saja merupakan seksi (kelompok profesi) pertama yang ada di PWI Jaya (juga di Indonesia)– yang dalalam perkembangan berikutnya diiikuti dengan lahirnya seksi-seksi lain, termasuk seksi filem—tetapi juga berperan dalam menentukan kebijakan pembinaan olahraga melalui KONI, atau berperan langsung melalui induk-induk olahraga yang ada.
Untuk kalangan sendiri, Siwo Jaya juga memiliki “segudang” kegiatan, termasuk aktif dan kerap juara dalam pertandingan sejumlah cabang, termasuk sepakbola. Siwo Jaya juga sering meraih gelar juara umum pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) yang digelar pertamakali tahun 1983 di Semarang, Jateng.
Janggan anggap enteng Siwo. Sejumlah pembina dan pengurus olahraga pernah kena “batunya”. Mereka, entah itu dari jajaran KONI, atau dari cabang-cabang olahraga, akhirnya harus minta maaf karena sempat terlanjur “menyakiti” Siwo Jaya.
Tidak berlebihan jika Siwo Jaya disebut hebat, karena memang di dalamnya terdapat orang-orang hebat dengan pengalaman yang hebat-hebat pula. Bagi sebagian besar anggota Siwo Jaya, dunia ini kecil. Tak hanya Indonesia, kota-kota di jagad raya telah mereka arungi.(Djunaedi Tjunti Agus)