POLITIK

Realisasikan Pembangunan, Waketum PSI Sebut Jokowi Punya Keberanian dan Karakter

JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman menilai, sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki karakter dan keberanian, seperti yang dijelaskan Henry Kissinger, mantan Menlu Amerika Serikat (AS).

Kissinger sempat mengutip pandangan Max Weber mengenai kepemimpinan, adalah hilangnya sense of proportion. Menurut Andy, dalam konteks hari ini, informasi yang berlimpah membuat pemimpin berpotensi kehilangan proporsionalitas dalam menganalisis.

Lalu, merumuskan strategi untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan. Sebaliknya, informasi negatif, bahkan hoax akan membuat publik cenderung pesimistis dan tidak puas terhadap para pemimpin politik.
Soal kepemimpinan, Kissinger menyebut bahwa salah satu kualitas terpenting dalam kepemimpinan adalah keberanian dan karakter.

Keberanian untuk memilih arah di antara pilihan-pilihan yang rumit dan kompleks, yang memerlukan tekad untuk melampaui yang rutin, dan kekuatan karakter untuk mempertahankan suatu tindakan yang dianggap perlu diambil.

“Awalnya tidak ada orang yang percaya bahwa kita bisa membangun sistem kereta bawah tanah karena Ibu Kota rentan banjir. Jokowi yang kala itu menjabat Gubernur DKI memperlihatkan karakter dan keberanian dengan merealisasikan pembangunan Mass Rapid Transportation yang kini menjadi kebanggaan Ibu Kota,” ujar Andy, di Jakarta, Kamis (25/5).

Bukan cuma itu, pesimisme juga muncul ketika Jokowi memulai proses pembangunan infrastruktur. Banyak kalangan mempertanyakan, baik manfaat maupun kesiapan membangun infrastruktur dalam skala besar-besaran.

Namun, faktanya Jokowi tetap berkeras. Kini, lebih dari 2.100 kilometer (km) jalan tol yang dibangun Jokowi telah menghubungkan kota-kota, menggerakkan ekonomi, mempermudah pertukaran barang dan jasa.

Pembangunan jalan tol di era kepemimpinan Jokowi lebih dari dua kali lipat dibanding pembangunan jalan tol sejak 1978. Lebih dari 200 ribu km jalan desa yang dibangun telah menghubungkan satu desa dengan desa lain, membuka isolasi.

Sebanyak 18 pelabuhan yang dibangun menjadi titik hubung 17 ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga 21 bandara baru, telah memperlancar lalu lintas bisnis dan perdagangan antar daerah.

Sementara 30 bendungan dan waduk yang dibangun mengaliri sawah-sawah. Memperkuat ketahanan pangan Indonesia menghadapi perubahan iklim.

“Inilah kebijakan yang lahir dari kepemimpinan yang memahami persoalan rakyat. Kepemimpinan yang mampu menganalisis dan merumuskan strategi yang tepat untuk membangun fondasi yang kokoh untuk mensejahterakan rakyat,” puji Andy.

Sebuah kebijakan yang didasarkan atas visi yang jelas bahwa Infrastruktur, pada akhirnya tidak hanya akan menggerakkan ekonomi.
Karena kelak, jalan-jalan, pelabuhan, dan bandar udara, adalah titik-titik yang akan memudahkan rakyat Indonesia bertemu dan bekerja sama satu sama lain. Menggerakkan ekonomi dan memperkuat persatuan.

Kualitas yang sama kembali diperlihatkan ketika Jokowi berkeras menjalankan kebijakan Hilirisasi Nikel, melawan Uni Eropa yang menggugat kebijakan itu di World Trade Organisation (WTO).

Sebuah langkah berani dalam membela kepentingan nasional. Pada tahun 2013-2014 ketika Indonesia hanya mengekspor biji mentah, nilai ekspor nikel hanya Rp 20 triliun.
Setelah Hilirisasi berjalan dan biji nikel diolah industri dalam negeri, pendapatan negara naik hampir tujuhbelas kali lipat menjadi Rp 325 triliun.

Hilirisasi membuka peluang bagi Indonesia untuk kembali membangun basis industri nasional memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang membuat dunia menjuluki Indonesia sebagai “The Next Green Superpower”| vn

Related Articles

Back to top button