Presiden Minta Kementerian ATR/BPN Terapkan Pelayanan Berbasis Digital

 Presiden Minta Kementerian ATR/BPN Terapkan Pelayanan Berbasis Digital

JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, tiga tahun lalu ia meminta agar pelayanan di bidang pertanahan segera ditransformasikan ke dalam sistem pelayanan berbasis digital.

“Layanan pertanahan harus bisa diakses oleh masyarakat dari mana saja, sehingga kantor-kantor Pertanahan harusnya tidak lagi padat orang ngantri, penuh orang ngantri,”  kata Jokowi dalam sambutannya saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian ATR/BPN Tahun 2019, di Istana Negara, Jakarta, Rabu (6/2/2019).

Dikutip dari setkab.go.id, Presiden berharap kemudahan pelayanan ini, mampu nanti meningkatkan peringkat kemudahan berusaha di Indonesia, yaitu Ease of Doing Business, menjadi peringkat yang lebih baik, karena urusan sertipikat itu juga menjadi salah satu penilaian.

Jokowi meminta agar di tahun ini, bisa dimulai sistem pelayanan berbasis digital dan diterapkan di Kementerian ATR/BPN. “Saya minta agar Kementerian ATR/ BPN mulai mentransformasikan seluruh bisnis proses secara digital. Semua berkas, semua dokumen harus ditransformasikan dalam format digital,” pintanya.

Presiden menilai, ini bukan soal yang sulit. Membangun sistem, membangun platform seperti ini, lanjut Presiden, juga bukan hal yang mahal, dan bukan sesuatu yang sulit. Sehingga seluruh proses pelayanan dapat dilakukan secara elektronik, secara online, dan real time, akurat, aman, dan memudahkan masyarakat maupun yang berkaitan dengan investasi.

Ia juga meminta agar sistem manajemen SDM di Kementerian ATR/BPN perlu dibangun, ditingkatkan mulai tahap rekruitmen, tahap upgrading pola karir,  sistem penilaian yang berbasis kinerja, berbasis kompetensi, serta pemberian reward and punishment.

“Saya kira sangat penting bagi kita sekarang ini,” tegas Jokowi.

Presiden mengingatkan, persoalan sertipikat tanah ini sudah bertahun-tahun tidak bisa diselesaikan, padahal rakyat membutuhkan sertipikat sebagai pengakuan hak atas tanah yang mereka miliki.

Lanjutnya,  harusnya rakyat itu ngurusnya gampang, bisa ngurus sendiri, tidak pakai perantara, tidak pakai calo. Kalau ada biaya, biayanya juga jelas, dan juga yang diharapkan selesainya cepat, tidak harus menunggu berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

“Saya kira nggak musimlah sekarang seperti ini. Ini musimnya juga berganti, sekarang kantor BPN betul-betul, saya ke desa, saya ke daerah, rakyat sangat menghargai apa yang telah dikerjakan oleh kantor-kantor BPN. Mereka sangat menghargai,” ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah akan memberikan solusi jika kementerian menghadapi masalah dalam merampungkan target yang diberikan. Seperti pada 2015, Menteri ATR/Kepala BPN menyampaikan ada kekurangan juru ukur untuk menyelesaikan 126 juta bidang tanah yang belum bersertifikat, maka pemerintah mencarikan juru ukur yang dingiinkan, termasuk kalau perlu ya memakai jasa tenaga juru ukur swasta yang berlisensi.

Presiden Jokowi meyakini, dengan kerja keras seluruh jajaran Kementerian ATR/BPN, maka tahun 2025 urusan yang namanya sertifikat ini harus semuanya selesai di seluruh tanah air. (hms/van)

 

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar