Peringati Hari Sarkopenia Sedunia, PERGEMI Gelar Talkshow hingga Cek Kesehatan Gratis

 Peringati Hari Sarkopenia Sedunia, PERGEMI Gelar Talkshow hingga Cek Kesehatan Gratis

JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Sarkopenia Sedunia 2023, Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) menggelar rangkaian kegiatan yang dipusatkan di Pintu Gapura 1 Senayan (CFD Mal Fx Sudirman), Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, pada Minggu (2/7/2023).

Kegiatan tersebut di antaranya fun walk, flashmob dan senam bersama, talkshow kesehatan bertema “Menjaga Kesehatan Otot pada Usia Muda dan Lansia” dengan pembicara Ketua PP PERGEMI, dr Nina Kemala Sari, hingga pemeriksaan kesehatan gratis.

Selain itu, pengunjung juga berkesempatan mendapatkan berbagai hadiah menarik. Rangkaian kegiatan ini bertujuan mengajak masyarakat agar tetap aktif, mengkonsumsi nutrisi yang berkualitas, dan melakukan latihan fisik penguatan otot secara teratur dan konsisten sejak usia muda, merupakan upaya yang efektif dalam mencegah sarkopenia.

Dalam kesempatan tersebut, dr Nina menjelaskan Sarkopenia merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada lansia, di mana terjadi pengecilan otot yang disertai dengan menurunnya kualitas dan fungsi otot.

Berdasarkan hasil penelitian di berbagai provinsi yang dilakukan Harimurti K, dkk. yang dipublikasi di tahun 2023 di jurnal terkemuka, Acta Medica Indonesiana, satu dari lima lansia Indonesia diprediksi menderita sarkopenia1.

“Selain osteoporosis, sarkopenia merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus masyarakat luas. Hal ini dikarenakan kesehatan otot tidak kalah penting dibandingkan kesehatan tulang. Bahkan kedua organ tersebut, otot dan tulang, harus sama – sama berfungsi baik agar seseorang dapat beraktivitas dengan baik dan aman,” jelasnya.

dr Nina menambahkan, seseorang yang mengalami sarkopenia akan terlihat otot-otot tubuhnya mengecil, kekuatan ototnya berkurang (yang dapat dilihat dari kemampuan genggam tangan dan mengangkat beban), serta mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari-hari yang membutuhkan kekuatan otot yang baik seperti berjalan atau naik turun tangga.

Selain itu, kondisi tersebut juga mengakibatkan seseorang rentan mengalami jatuh dengan berbagai dampak serius yang dapat ditimbulkan hingga menigkatkan resiko kematian pada orang dewasa.

Hal ini dapat terlihat dengan jelas pada tinjauan sistematis bukti ilmiah yang dilakukan Xu J, dkk. yang dipublikasi di Karger Gerontology, orang dewasa yang memiliki sarkopenia memiliki risiko kematian dua kali lebih tinggi, dibanding dengan yang tidak sarkopenia2.

dr Nina mengatakan, Sarkopenia dapat terjadi pada setiap orang, terutama mereka yang kurang melakukan aktivitas/latihan fisik, disertai kurangnya asupan nutrisi tertentu, serta memiliki penyakit-penyakit yang mengenai tulang dan otot serta penyakit yang menyebabkan seseorang menjadi sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Hal-hal tersebut di atas sering terjadi pada lansia akibat efek penuaan pada otot.

Mengingat dampak sarkopenia yang cukup besar bagi kesehatan secara umum dr Nina ingin mengajak masyarakat luas untuk mulai memperhatikan masalah kesehatan otot, salah satunya sarkopenia ini. Walaupun sarkopenia lebih berisiko terjadi pada lansia, kata dia, namun upaya-upaya pencegahannya harus dimulai dari usia muda.

“Peringatan perdana Hari Sarkopenia Dunia 2023 di Indonesia ini diharapkan menjadi momentum bersama agar kita lebih memerhatikan kesehatan otot dengan dimulai dari penerapan gaya hidup sehat sejak usia dini. Mari bersama-sama kita mencegah terjadinya Sarkopenia sedini mungkin agar kualitas hidup kita tetap baik di usia senja,” tutupnya.

Ilham

Berita Terkait