DAERAH

Meriahkan Tasyakuran Haji, Perwama Ina Yogyakarta Gelar Sholawatan

Sleman, mimbar.co.id – Majelis Sholawat Mama Maluku Persatuan Wanita Maluku Indonesia (Perwama Ina) Yogyakarta turut mewarnai tasyakuran haji, Hj Fatmawaty Udin. Majelis sholawat Mama Maluku yang dikoordinatori Icha Payapo ini melantunkan sejumlah sholawat yang diringi dengan rebana.

Lantunkan sholawatan itupun terasa membawa kesejukan dan keteduhan hati setiap tamu yang hadir dalam tasyakuran tersebut.

“Sholawatan ini sebagai salah bentuk rasa bersyukur kami dan kami turut berbahagia saudari kami ibu Fatmawaty tahun ini bisa melaksanakan ibadah haji” tutur Kaliky mewakili Perwama Ina Yogyakarta” Sabtu (12/7/2025).

Dijelaskannya, Perwama Ina Yogyakarta merupakan perkumpulan wanita-wanita asal Maluku yang tinggal di Yogyakarta. Di mana Perwama Ina menjadi media silaturahmi antar warga Maluku. Perwama Ina ini juga memililki program kerja, di antaranya melakukan kegiatan bakti sosial.

Kehadiran Majelis Sholawat Mama Maluku, imbuhnya, selain memeriahkan kepulangan Hj Fatmawaty, juga sebagai bentuk dan bukti kerukunan serta persatuan warga Maluku yang tinggal di Yogyakarta.

Sementara itu Hj Fatmawaty menuturkan sebagai salah satu wujud kebahagiaan dirinya bisa menjalankan ibadah haji keluarganya mengelar acara tasyajuran. “Sebelum tasyakuran bersama Perwama Ina, di hari Jumat malam kami mengelar tasyakuran bersama warga atau tetangga di sekitar” imbuhnya.

Lebih jauh Fatmawati menceritakan setelah penantian panjang sejak mendaftar pada tahun 2012, impiannya untuk menunaikan ibadah haji akhirnya terwujud di musim haji tahun 2025 ini.

“Saya sangat bersyukur dan bahagia bisa sampai ke Tanah Suci. Ini panggilan Allah, dan semua bisa terlaksana berkat kesehatan yang diberikan serta doa dari warga kampung,” ungkapnya dengan rasa haru.

Namun, menurutnya perjalanan atau proses haji selama di tanah suci tak semua berjalan mulus. Salah satu pengalaman paling menyedihkan dialaminya saat berada di Musdalifah. Fatmawaty menuturkan, ia dan rombongan harus menunggu sejak pukul 11 malam hingga pukul 08.00 pagi keesokan harinya untuk dapat menuju Mina, akibat kemacetan parah dan terbatasnya armada transportasi.

“Banyak jamaah yang kelelahan dan bahkan ada jamaah yang pingsan. Kondisinya sungguh memprihatinkan,” kenangnya.
Lebih jauh Ia menjelaskan beberapa syarat penting dalam pelaksanaan ibadah haji, seperti tidur di tenda di Arafah dan duduk di lapangan terbuka saat mabit di Musdalifah, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian ibadah.

Merasa prihatin dengan pelayanan yang masih banyak kekurabmngan, Fatmawaty berharap kepada pemerintah agar lebih memperhatikan kondisi jamaah haji Indonesia, terutama terkait layanan transportasi dan kinerja petugas di lapangan. “Semoga kejadian di Musdalifah tidak terulang lagi di tahun-tahun mendatang. Jamaah kita butuh perhatian lebih agar bisa beribadah dengan tenang dan aman,” tuturnya.

Pengalaman Hajah Fatmawaty menjadi pengingat penting bahwa meskipun haji adalah puncak ibadah spiritual, pelayanan dan kesiapan logistik tetap menjadi kunci agar para tamu Allah dapat menjalankannya dengan khusyuk dan nyaman. (njar)

Related Articles

Back to top button