DAERAH

Kepala BNPB Tinjau Lokasi Terdampak Banjir Bandang Parigi Moutong

Sulteng – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto S.Sos., M.M., mengunjungi lokasi terdampak banjir bandang Desa Torue, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Minggu (31/7).

Didampingi Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu dan Sekretaris Camat Torue Ni Luh Elisabet, Kepala BNPB berkeliling melihat kondisi terkini setelah pada Kamis (28/7), wilayah Desa Torue dihantam air bah dan merenggut tiga nyawa serta empat lainnya masih dinyatakan hilang.

Pada kunjungan itu, Suharyanto berjalan kaki hingga menuju titik hilir sungai yang menjadi lokasi paling parah terdampak banjir bandang. Di lokasi itu, terlihat beberapa rumah roboh dan rusak porak-poranda, seolah menjadi saksi bisu bagaimana air bah yang sangat dahsyat menghantam permukiman penduduk Kamis (28/7) jelang tengah malam sekitar pukul 22.33 WITA. Beberapa puing-puing sisa potongan kayu yang terbawa banjir bandang juga masih menumpuk di halaman rumah warga dan belum sempat dibersihkan.

Beranjak dari situ, Kepala BNPB kemudian menyambangi lokasi pengungsian sementara di Masjid Al-Ikhlas. Kehadiran Suharyanto dinantikan warga yang telah mengungsi selama kurang lebih tiga hari. Pada kesempatan itu, Suharyanto menyempatkan diri menyapa beberapa warga dan memberikan motivasi untuk lekas bangkit dari masa-masa traumatik pascabencana.

Kepada masyarakat yang mengungsi, Suharyanto meminta untuk tetap semangat. Dia mengatakan bahwa kehadirannya sekaligus merupakan wujud bagaimana pemerintah hadir untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Mantan Pangdam V Brawijaya itu juga membawa bantuan untuk kebutuhan dasar masa tanggap darurat yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Tetap tenang dan terus semangat ya bapak dan ibu. Kami di sini dari Pemerintah Pusat hadir dan ini menjadi wujud bahwa pemerintah selalu ada untuk masyarakatnya. Kami juga membawa bantuan untuk bapak dan ibu sekalian,” ucap Suharyanto.

Kehadiran Suharyanto di tengah lokasi terdampak itu juga ingin memastikan hal terpenting dalam masa tanggap darurat yakni mulai dari penyelamatan jiwa masyarakat, pencarian korban yang masih hilang, dan pemenuhan kebutuhan logistik dasar warga, khususnya para pengungsi harus menjadi prioritas utama.

“Kehadiran kami di sini sekaligus untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak ini dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya,” ujar Suharyanto.

Terkait pencarian orang, Suharyanto mendorong agar upaya penyelamatan dan pencarian orang dapat dimaksimalkan. Dia berharap empat warga yang masih dinyatakan hilang dapat ditemukan dalam kondisi selamat. Namun apabila tidak, Suharyanto berharap statusnya menjadi jelas.

“Kita akan laksanakan terus pencarian sampai statusnya jelas. Mudah-mudahan bisa ditemukan dalam kondisi selamat. Kalau tidak pun bisa diketahui statusnya seperti apa,” jelas Suharyanto.

Sebelum pamit, Suharyanto menitipkan bantuan dan dukungan baik logistik peralatan maupun dana untuk operasional awal tanggap darurat. Bantuan itu diserahkan secara simbolik oleh Suharyanto kepada Bupati Parigi Moutong Samsurizal Tombolotutu dan perwakilan warga penyintas.

Adapun rincian dukungan tersebut meliputi Dana Siap Pakai (DSP) senilai 250 juta dan beberapa bantuan lain mulai dari beras paket 5 kg sebanyak 500 paket, mie instan 500 dus, air mineral gelas 500 dus, makanan siap saji (Sarden) 500 kaleng, makanan siap saji (Rendang) 300 bungkus, makanan kemasan (Abon) 500 bungkus, selimut 300 pcs, matras 300 pcs dan handuk 300 pcs.

Ke depan, Suharyanto berharap agar proses tanggap darurat dapat dilaksanakan sesuai waktu yang ditetapkan dan terlaksana dengan baik, sehingga Pemerintah dapat segera mendorong rehabilitasi dan rekonstruksi dengan targetnya adalah masyarakat yang kehilangan rumah dapat memiliki tempat tinggal kembali.

Pemerintah pusat dari arahan Presiden Joko Widodo saya membawa bantuan baik logistik maupun dana untuk operasional awal pelaksanaan tanggap darurat. Setelah ini dapat diatasi akan ada masa rehabilitasi dan rekonstruksi. Jangka pendeknya, masyarakat ini dapat kembali memiliki tempat tinggalnya,” kata Suharyanto.

Menutup peninjauan, Suharyanto menekankan kepada seluruh pemangku kebijakan di daerah dan stakeholder agar dapat merencanakan pencegahan jangka panjang yang salah satunya adalah dengan memperbaiki lingkungan dan mengembalikan fungsi sebagaimana mestinya.

Menurut analisa sementara, kejadian banjir pada hari Kamis (28/7) pukul 22.33 WITA sebenarnya diawali oleh hujan dengan kategori intensitas yang tidak terlalu tinggi. Data satelit curah hujan memperlihatkan intensitas hujan yang turun sebelumnya banjir masuk kategori hujan sedang. Akan tetapi hujan sedang dengan durasi lama ini bersamaan dengan pasang tinggi sehingga komulatif debit di sungai khususnya bagian muara menjadi besar.

Titik – titik limpasan air yang menggenangi pemukiman merupakan alur lekukan sungai yang sekaligus pertemuan dari dua sungai, dan kawasan kaki jembatan yang tidak memiliki tanggul yang cukup. Sehingga jika debit hulu bertambah akibat hujan intensitas tinggi maka titik-titik limpasan ini sangat mungkin meluap dan menggenangi pemukiman di daerah yang lebih hilir.

Kawasan pemukiman yang terdampak merupakan kawasan genangan banjir dengan ketinggian topografi hanya 2-3 meter dari permukaan laut. Sedangkan titik limpasan air yang paling besar berada pada ketinggian 4-5m. Faktor inilah yang menyebabkan banjir melimpas dan berdampak di pemukiman dengan arus yang cukup besar.

Dari hasil analisa tersebut, maka Suharyanto menekankan beberapa upaya seperti perbaikan sektor hulu dengan reboisasi, pembuatan daerah resapan air, penyediaan embung dan sebagainya agar dilakukan. Dalam hal ini BNPB akan terus membantu pelaksanaan rencana kontijensi berbasis perbaikan ekosistem dan lingkungan untuk jangka panjang.

“Untuk pencegahan jangka panjang ke depan, maka harus dibuat rencana kontijensi ke depan antara lain dengan memperbaiki lingkungan,” tandas Suharyanto.

Ismail

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button