Kebenaran Mulai Terkuak, Umat Budha Sumringah Beribadah di Vihara Tien En Tang

 Kebenaran Mulai Terkuak, Umat Budha Sumringah Beribadah di Vihara Tien En Tang

JAKARTA – Pada akhirnya Tuhan YME akan menunjukkan, bahwa yang benar itu benar, yang batil itu batil meski harus melewati jalan berliku dan lambat. Sejatinya kemenangan akan selalu berpihak pada kebenaran. Sejarah peradaban manusia dimuka bumi menukilkan hal itu dengan sahih.

Meski jalannya begitu lama dan penuh liku-liku, tapi kebenaran memang selalu muncul sebagai pemenangnya. Setidaknya hal itu terlihat dari perjuangan seorang advokat eksentrik Deolipa Yumara SH. Bekat perjuangan kerasnya, kegiatan ibadah umat Budha di Vihara Tien En Tang, Green Garden, Jakarta Barat, dapat berjalan kembali. Padahal yang ia hadapi adalah gerombolan preman yang beringas.

Buddha tahu bahwa jika seseorang benar-benar yakin bahwa ia mengetahui kebenaran, seharusnya ia tidak takut untuk diuji, karena kebenaran akan selalu menang. Jawaban Buddha terhadap berbagai pertanyaan telah memperkaya ajaran Buddha menjadi bidang keagamaan yang luas.

Tak pelak, semburat wajah bahagia berpendar dari raut muka jamaah umat Budha Tien En Tang. Seolah menorehkan sejarah baru, setelah sekian lama jamaah umat Budha melakukan ibadah diluar Vihara, kini mereka dapat melaksanakannya di rumah ibadah sengan khusyu.

Tentu saja aktivitas ibadah itu membuat Deolipa-Yumara sumringah. Ia tersenyum senang, melihat umat Budha dapat kembali menjalankan aktivitas keagamaan nya di dalam Vihara, Rabu malam (23/11/2022).

Hari itu, gerbang Vihara Tien En Tang kembali terbuka lebar. Para jamaah pun dapat kembali masuk ke dalam Vihara, tanpa perasaan was was di teror preman buas dalam menjalankan ibadah.

Lokasi Vihara Tien En Tang, di perumahan elit Green Garden Blok 04 No.16 Kebon Jeruk Jakarta Barat, terlihat seperti semula. Seolah tidak pernah terjadi peristiwa yang menyeramkan.

Seperti telah diwartakan dipelbagai media, peristiwa tegang dan menyeramkan terjadi di tempat ini, yakni kala gerbang Vihara Tien En Tang  digembok oleh sekelompok preman buas.
Hal itu diduga atas perintah ahli waris.

Hal itu juga terlihat terlihat jelas dari spanduk yang dipasang para preman, yang pada saat itu mengambil paksa rumah ibadah Vihara Tien Tang.

Di dalam spanduk itu sempat tertera penegasan, bahwa keberadaan Vihara Tien En Tang dimiliki ahli waris. Para jamaah dilarang masuk meski untuk kepetingan peribadahan.

Yang bikin miris, saat itu sejumlah umat Budha digelandang keluar Vihara. Bahkan salah satu pengurus bernama Michele, mengalami luka memar  di sebagian tangan dan kakinya.

Ditarik kebelakang, kisruh Vihara Tien En Tang berawal setelah meninggalnya Amih Widjaya pada tahun 2013. Almarhum merupakan ibu kandung dari Lily, yang kini berseteru dengan pengurus kelenteng.

Semasa hidupnya Amih mengabdikan diri pada kegiatan ibadah. Bersama teman-teman seusia nya Amih mendirikan rumah ibadah Vihara dengan menggalang dana  bersama umat hingga berdiri Vihara Tien En Tang.

“Dianggap oleh ahli waris tanah yang dibeli adalah uang Bu Ami semuanya. Padahal ada bukti kalau ada uang jamaah juga ikut bantu membeli tanah. Bahkan uang untuk bangunan Vihara ini seluruhnya patungan uang jamaah  Budha,” tegas Deolipa-Yumara.

Karena itu, Deolipa tidak habis pikir, sertifikat tanah dan bangunan Vihara, yang sebelumnya telah terbit atas nama Amih Widjaya, dijadikan pemikiran seakan merupakan kekayaan almarhum. Sehingga menjadi penguasaan dan diakui menjadi milik ahli waris, setelah Ami Widjaya meninggal dunia.

“Semasa hidup Ami Widjaya gak ada persoalan. Ahli waris tahu kok semuanya. Ujug-ujug si ahli waris memiliki sertifikat sama, yang juga dimiliki yayasan sebagai pemilik tanah dan bangunan Vihara,” papar Deolipa.

Diakui Deolipa hal ini sebagai skenario busuk. Untuk itu, Deolipa akan menyeret oknum Badan Pertanahan Nasional, yang membuat akta aspal Vihara tersebut.

Meski begitu, bagi Deolipa, urusan hukum kisruh soal sertifikat yang masih bergulir di kepolisian, tidak harus membuat jamaah umat Budha menjadi korban. Terlebih ibadah merupakan urusan manusia dengan Sang Pencipta.

“Tidak boleh orang mau ibadah dikorbankan. Dosanya gede. Ibadah tetap jalan urusan hukum kita selesaikan di pengadilan,” Deolipa mengumbar kegeraman.

Karena itu, Deolipa mengawal umat Budha untum melakukan ibadahnya di dalam Vihara. Terlebih setelah sinyal yang didapatkannya dari Polda Metro Jaya, tidak menyoalkan umat Budha melakukan aktivitas ibadah di dalam Vihara.

Ncank Maeel

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar