Ismail M.Hasan, Pemilik R4ya Stable Pasuruan: PP Pordasi Harus Introspeksi
JAKARTA–Pacuan kuda, sebagai salah satu jenis dari olahraga berkuda, sampai kapan pun akan terus berjalan. Pacuan kuda marak dan rutin diselenggarakan di berbagai daerah, terutama yang memiliki peternakan kuda.
Pacuan kuda sudah menjadi kebutuhan karena berkesinambungan dengan peternakan dan pembinaan kuda-kuda pacu. Di Tanah Air saat ini ada dua penyelenggara pacuan kuda, yakni PP Pordasi dan IHRC, Indonesia Horse Racing Community atau Komunitas Kuda Pacu Indonesia.
“Keberadaan IHRC sebenarnya untuk menjawab kebutuhan perlunya pacuan itu sendiri. Buat apa kita melakukan peternakan kalau tidak ada kesinambungannya, ya, pacuan itu,” ujar Ismail M.Hasan, pemilik R4ya Stable, Pasuruan, Senin (9/5/2022).
Keberadaan peternakan kuda sendiri, ujar Ketua DPRD Kota Pasuruan itu, juga dibutuhkan karena menghidupi banyak orang.
“Peternakan kuda juga bentuk kelangsungan hidup, sebab di situ ada joki, ada pelatih. Intinya ada banyak orang yang hidup dari itu,” katanya.
Dalam konteks itulah Ismail M.Hasan merespon baik dan mengapresiasi keberadaan IHRC. Menurutnya, IHRC hadir untuk mengisi kekosongan kegiatan pacuan dari PP Pordasi. Jadi, jangan dilihat bahwa IHRC adalah lawan dari PP Pordasi.
“Sekarang ada dua kubu, dua penyelenggara pacuan, yakni PP Pordasi dan IHRC. Bagaimana permasalahannya, cari solusinya, bukan malah ingin dimatikan. Saya kira itu tidak bijaksana,” jelasnya.
Ismail M.Hasan menuturkan, IHRC mampu merespon baik kebutuhan para peternak, pemilik kuda pacu dan klub-klub berkuda, dengan menyelenggarakan kegiatan pacuan.
“Mereka sudah membuat jadwal kegiatan sejak Januari atau Februari. Kita lihat munculnya jadwal itu karena belum ada jadwal dari PP Pordasi,” terang Ismail M.Hasan.
Menurut keterangan, IHRC sejauh ini sudah melaksanakan empat kegiatan pacuan. Yakni, Jateng Derby, A.E.Kawilarang Memorial Cup, Latihan Bersama (Latber) Piala Tiga Mahkota Seri I, dan Piala Kartini. Event kelima berupa Latber Piala Tiga Mahkota Seri II akan segera digelar, pada 21 Mei 2022 di Legokjawa, Pangandaran, Jabar.
Sementara, PP Pordasi baru melaksanakan satu kegiatan, yakni Piala Tiga Mahkota Seri I di Cobanjoyo, Pasuruan, Maret lalu.
Ismail M.Hasan yang kerap mengomentisikan kuda-kudanya pada event IHRC, menyatakan jika seyogyanya jajaran PP Pordasi tetap harus berpikir positif, konstruktif.
“Saya kira, ya, dari PP Pordasi harus lebih dulu berpikir positif dan konstruktif. Lakukan evaluasi internal, bukan eksternal. Kalau situasi seperti ini terus berlarut, yang rugi itu ya kita-kita ini, rakyat kecil, para peternak,” tuturnya.
“Perbedaan pendapat itu biasa, tetapi yang penting jangan merasa paling benar. Kalau ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana, berarti kan ada yang salah. Ya, dicari permasalahannya. Introspeksilah,”tegasnya.
Ismail M.Hasan meminta jajaran PP Pordasi bersikap jujur untuk melihat kondisi riil di bawah, khususnya pada bidang pacuan.
“Sangat penting untuk turun ke bawah, tampung masukkan yang ada, diakomodir,” ujarnya.
Ismail M.Hasan menyatakan bahwa ia merasa miris dan sekaligus malu mencermati dinamika pacuan kuda sekarang ini.
“PP Pordasi merasa paling benar,” paparnya.
Menurut Ismail M.Hasan, berbagai permasalahan yang mendera bidang pacuan kuda tidak terlepas dari buruknya komunikasi dan sosialisasi dari PP Pordasi sendiri.
Pemilik R4ya Stable ini mencontohkan tentang dua kebijakan dari PP Pordasi yang tidak berjalan optimal, yakni terkait kewajiban setiap pengcab berbadan hukum, dan mengenai administrasi atau surat menyurat BRK (Badan Registrasi Kuda).
“Mungkin saja dua kebijakan itu bagus, tetapi terlebih dahulu harus dikomunikasikan dan lakukan sosialisasi secara intensif, sehingga niat yang baik itu bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.
“Bagi saya, kebijakan top-down atau bottom-up, sama baiknya, tinggal dikolaborasikan saja. Yang penting dikomunikaskan, jangan cenderung menyalahkan,” Ismail M.Hasan menjelaskan.
Terakhir, Ismail M.Hasan mengingatkan bahwa setiap periode kepengurusan dari PP Pordasi memang tidak ada yang benar-benar sempurna, ada saja kekurangannya.
“Jadi pengurus baru mestinya mengambil pelajaran dari kekurangan dari kepengurusan lama. Harus belajar dari kesalahan sekecil apapun. Ingat, yang bisa bikin kita terpeleset adalah kerikil, bukan batu besar,” tegasnya.***