
Hendry Ch Bangun: Teknolog AI Masih Diposisikan Sebagai Pelengkap,Bukan Pengganti Reporter atau Editor
Jakarta, mimbar.co.id – Teknologi AI berperan besar dalam menangani pekerjaan yang bersifat pengulangan dan teknis. Mulai dari peringkasan informasi, pengolahan data, hingga penyusunan berita berbasis data yang sudah tersedia.
Meski demikian, survei juga menemukan adanya kekhawatiran penggunaan AI oleh reporter. Sejumlah media menilai penggunaan AI secara berlebihan dapat menurunkan ketajaman berpikir, mengganggu akurasi, dan berpotensi melanggar etika jurnalistik.
“AI masih diposisikan sebagai pelengkap, bukan pengganti reporter atau editor.”
Hal itu dikatakan Ketua Dewan Pakar JMSI (Jaringan Media Siber Indonesia) Pusat Hendry Ch Bangun dalam Seminar Green Journalism 4.0 6 Tahun JMSI -FISIP Uhamla bertema Kolaborasi Teknologi AI dan Reporter di Kampus FISIP Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA ,Jl Limau II Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,Selasa,(23/12).
Selain menampilkan Hendry Ch Bangun, tampil sebagai pembicara lain Irsyan Hasyim, Ketua AJI (Asosiasi Jurnalistik Indonesia) Jakarta.
Acara seminar dibuka Wakil Dekan FISIP Uhamka Farida Hayati yang mengharapkan hasil event ini dapat memperkaya mahasiswa seiring perkembangan teknologi AI yang makin canggih dan kompleks.
Sementara itu, mewakili Ketua Umum JMSI Pusat ,Teguh Santosa yang berhalangan hadir, Syarif Hidayatullah,Ketua Bidang Usaha JMSI Pusat mengatakan event ini merupakan wujud kerjasama yang akan terus berlanjut.Adapun pemilihan topik didasarkan pada kebutuhan.
Materi yang disampaikan Hendry sendiri merupakan hasil survey yang dibuat khusus,dimana sejumlah respondennya merupakan media anggota JMSI.
Dalam paparannya tersebut,Hendry CH Bangun , yang juga merupakan salah satu tokoh pers nasional tersebut menyebutian kerja jurnalistik di lapangan tetap membutuhkan manusia untuk memastikan fakta, konteks, dan nilai berita.
Ke depan, lanjut Ketua PWI Pusat, 2023-2025, mantan Wakil Ketua Dewan Pers , dan Sekjen PWI Pusat ,2 periode ini, peran AI dalam manajemen media diprediksi akan semakin besar. Namun, kualitas jurnalistik tetap ditentukan oleh kemampuan wartawan dalam berpikir kritis, memverifikasi informasi, dan menjaga etika profesi.
Mengutip dari dive tech,peran AI dalam segala hal telah meningkat.AI telah merevolusi industri media khususnya penggunaan tugas bersifat pengulangan dan mengoptimalkan proses yang kompleks.Al dapat menghasilkan teks,mengedit gambar sehingga wartawan bisa lebih fokus pada tugas yang bersifat kreatif dan analisis.
Di pihak lain nara sumber kedua, Irsyan Hasyim menambahkan peran jurnalisme lingkungan dinilai semakin my Z di tengah memburuknya krisis ekologis di Indonesia. Disaat yang sama, perkembangan teknologi kecerdasan buatan Artificial Intelligence (AI) menjadi kebutuhan baru bagi media.
” Meski demikian, reporter lapangan tetap tidak dapat digantikan oleh teknologi,”tegasnya.
Masih kata dia, jurnalisme lingkungan memiliki tanggung jawab besar dalam mengawal kerusakan alam yang terjadi lebih cepat dibandingkan upaya pemulihannya. Menurutnya, media harus melakukan pengawasan berkelanjutan terhadap kebijakan publik yang berdampak pada lingkungan hidup.
“Jurnalisme lingkungan tidak hanya membahas isu alam semata, tetapi juga berkaitan dengan dimensi politik, ekonomi, dan sosial,” ujar Irsyan.




