Dramaturgis Kekuasaan

 Dramaturgis Kekuasaan

Oleh : Andi Mapperumah

Pejabat dan politisi yang melampiaskan kemurkaan, kemarahan, dan stangisan di depan umum dalam sorotan blitz kamera merupakan ekspresi politik yang ampuh untuk menutupi ketidakmampuan dan kegagalan.Terlebih bagi pejabat yang kemaruk dengan citra diri.

Ekspresi dan perilaku politik yang demikian di atas merupakan bentuk teatrikal yang mirip seperti performance art (seni pertunjukan).

Ilmu komunikasi politik memotret fenomena tersebut sebagai dramaturgis kekuasaan. Dalam teori dramaturgi, seorang pejabat dan politisi akan menjaga hubungan dirinya dengan khalayak melalui pengelolaan kesan positif, meskipun di belakang lain ceritanya.

Mengacu pada teori dramaturgi, panggung politik para pejabat dan politisi terbagi dua bagian yang berbeda secara diametral, yakni back stage (panggung belakang) dan front stage (panggung depan).

Di panggung belakang, mereka bersekongkol melakukan perbuatan yang menguntungkan dirinya, partainya, dan golongannya. Saat tampil di panggung depan di hadapan publik dan mata media, mereka menjadi pejuang yang membela kepentingan rakyat dan mengaku Pancasilais.

Kita harus jeli membaca perilaku politik mereka agar tidak gampang terbius penampakan di panggung depan. Sisakan ketidakpercayaan pada mereka agar tidak menuai kekecewaan di belakang hari. Pastikan pemihakan kita pada values (nilai-nilai kebajikan) bukan pada orang perorang. Orang bisa berubah karena keadaan, tapi values tidak akan pernah berubah.

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar