NASIONAL

Kemenag Serius Kembangkan Perguruan Tinggi Berbasis Pesantren

JAKARTA – Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi mengatakan bahwa Kementerian Agama saat ini sedang mengembangkan secara serius perguruan tinggi berbasis pondok pesantren.

Penegasan ini disampaikan Wamenag saat memberikan ceramah pada stadium general sekaligus pembukaan perkuliahan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al Hikmah 1, Benda, Sirampog, Brebes.

Hadir. Ketua Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Hikmah 1, KH. Labib Shodiq, Ketua STIT Al Hikmah Benda Sirampog, KH. Mukhlis Syafiq, Lc., M.SI beserta segenap civitas akademika, serta para mahasiswa STIT Al-Hikmah.

“Perguruan tinggi berbasis pondok pesantren dalam perkembangan terakhir ini amat relevan dengan kebutuhan masyarakat. Model pendidikan berasrama di mana antara santri, kyai, ustaz, dan komponen lain hidup bersama selama 24 jam dalam satu lingkungan pendidikan yang menyatu,” tegas Wamenag di Brebes, Kamis (15/9/2022).

Menurutnya, masyarakat masa kini banyak berharap, akan lahirnya profil guru agama yang mempunyai dua kompetensi sekaligus, yaitu: kompetensi keagamaan (tafaqquh fiddin) dan kompetensi profesional. Mereka adalah guru yang mampu menjadikan kitab kuning sebagai rujukan utama pendidikan agama Islam dan dipadukan dengan keilmuan modern. Profil guru yang mampu menyeimbangkan antara nilai-nilai global dan nilai-nilai lokal.

“Di sinilah urgensi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah di lingkungan pondok pesantren. Ke depan masyarakat kita membutuhkan guru-guru agama yang moderat, toleran dan damai. Sehingga Islam yang tumbuh di Indonesia adalah Islam wasathiyah, karena peserta didiknya dididik dengan baik oleh para pendidik yang baik pula,” pesannya.

Wamenag mengapresiasi Pondok Pesantren Al-Himah 1 Benda, Sirampog, Brebes, yang berikhtiar mendirikan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam bentuk STIT. Hal itu penting sebagai langkah konkrit dan sejalan dengan langkah Kementerian Agama untuk memperluas akses dan meningkatkan mutu terhadap anak bangsa.

“Jadikan kampus ini sebagai tempat yang efektif untuk studi, melakukan riset-riset ilmiyah dan menempa para mahasiswa dengan kepekaan nurani dan kepedulian sosial. Jangan menjadi intelektual di menara gading, tetaplah membaur dan menjadi solusi problem-problem keumatan,” pesannya.

“Jadilah agent moderasi beragama di tengah pluralitas bangsa. Wawasan keislaman dan keindonesiaan harus didesiminasikan ke tengah-tengah masyarakat. Agama harus tampil dengan wajahnya yang inklusif, sejuk dan damai,” lanjutnya.

Penguatan wawasan moderasi beragama, kata Wamenag sangat penting. Sebab, Indonesia adalah negara yang sangat majemuk. Indonesia dikenal sebagai negara multi-etnis, dengan jumlah suku sebanyak 1.310, memiliki kepulauan terbesar mencapai 17.504 buah dan memiliki 742 bahasa dan sub bahasa yang masih hidup.

“Sungguh ini merupakan karunia Tuhan yang tiada tara, yang sulit dicarikan bandingannya dan perlu dirawat persatuan dan kerukunan masyarakatnya,” sebut Wamenag.

“Salah satu ikhtiar merawat kerukunan itu adalah melalui penguatan moderasi beragama,” tandasnya.

Wamenag berharap STIT Al Hikmah 1 menjadi ruang semai yang akan melahirkan intelektual Indonesia yang mumpuni dalam keilmuan dan memiliki wawasan keagamaan yang moderat.

Ismail

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button