BERITA UTAMA

Kommari Akan Bangkitkan Sektor Budidaya

PADALARANG – Kommunitas Maritim Indonesia (Kommari) melakukan rapat kerja bulanan di PT Gani Arta Dwitunggal, Padalarang, Bandung Barat, Kamis (8/8/2019).

Rapat kali ini sekaligus melakukan kunjungan ke pabrik pembuat Kramba Jaring Apung (KJA) ternama di Indonesia.

“Dalam rapat kerja kali ini, Kommari melakukan kajian pada semua aspek di bidang perikanan. Kajian yang kami lakukan ini untuk kami bukukan dan disebarkan ke DPD, DPC,” kata Ketua Umum Kommari Henry Sutioso.

Dalam kesempatan itu, salah satu Ketua Dewan Pembina Kommari, Budi Prawira mengapresiasi langkah cepat Kommari.

Budi mengatakan hasil kajian yang dilakukan harus segera diketahui semua anggota dan diimplementasikan dilapangan.

Ia menggambarkan komoditi yang segera direalisasikan lewat kajian Kommari adalah produksi rumput laut dan udang.

“Gambaran memperbaiki sektor budidaya yang paling memungkinkan segera dilakukan, yang tidak menimbulkan Kontra adalah dua komoditi rumput laut dan udang. Sementara harusnya lewat lobster Indonesia sudah gudangnya,” ujar Budi.

Ia juga menjabarkan hal yang dilakukan selama lima tahun ini, begitu banyak angka produksi yang tidak relevan dengan katanya. Kenapa bisa terjadi demikian, karena masalah pokoknya tidak dipecahkan.

“Sektor perikanan kita sudah over regulated. Sementara semua regulasi itu faktanya menyulitkan,” ucapnya.

Budi menyebutkan, kalau mengikuti pemberitaan tidak sehat untuk diikuti, karena menambah beban bagi rakyat. Pemberitaan peningkatan ikan kerapu dibilang luar biasa baik, laporan-laporan yang disampaikan sama.

“Sementara budidaya itu sebetulnya sudah hancur, untuk bangkit itu tidak mudah. Tapi info yang diterima masyarakat selalu baik,” keluhnya.

Senada dengan Budi, Ketua Bidang Kajian Kommari, Andi J Sunadim menambahkan sektor budidaya meningkat justru di darat atau air tawar.

“Grafik yang  meningkat saya lihat dari data Badan Statistil itu seperti lele, gurame, patin. Ada juga data BPS, Kerapu mencapai 70 ribuan ton, data KKP 40 ribuan ton, agak aneh menurut saya karena produksi dilapangan pada tutup,” pungkas Andi. (*)

 

Related Articles

Leave a Reply

Back to top button