Tantangan Media Siber Luar Biasa, SMSI Dihadapkan Dua Ekstrim

 Tantangan Media Siber Luar Biasa, SMSI Dihadapkan Dua Ekstrim

SURABAYA, MIMBAR.CO.ID – Ketua Umum Serikat Media Siber Indonesia ( SMSI), Teguh Santosa dalam sambutannya pada pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pertama SMSI yang berlangsung Rabu-Kamis (26-27/7/2017) menegaskan tantangan media siber jauh lebih berat dibanding media cetak maupun elektronik.

Ini kata Teguh menjadi tantangan luar biasa. Masalah dan tanggung jawabnya pun luar biasa. “Mengelola media siber ini jauh lebih berat di televisi atau koran. Tantangan luar biasa, masalah dan tanggung jawabnya luar biasa,”tegas Teguh.

Rakernas pertama kata Teguh merupakan kelanjutan dari rapat Pleno Pengurus Pusat yang berlangsung beberapa waktu yang lalu di Tangerang. Rapat pleno tersebut merekomendasikan untuk segera menyiapkan untuk mendaftarkan diri sebagai konstituen Dewan Pers.

Syarat minimal yang diminta Dewan Pers minimal 15 provinsi dan 200 perusahaan media online sudah dipenuhi bahkan melampaui target yang diharapkan. Saat ini SMSI sudah dibentuk di 27 provinsi.

Dikatakan Teguh, SMSI merupakan bagian dari Dewan Pers. “ SMSI sebagai puncak dari keprihatinan kita semua terhadap praktik media khususnya di siber. Tidak mudah sama sekali. SMSI berdiri 17 Maret 2017 namun keinginan untuk mengorganisir diri jauh dilakukan sebelum Hari Pers Nasional (HPN) di Ambon. Ambon menjadi momentum besar dunia pers dan juga media online,”paparnya.

Teguh mengatakan media siber di Indonesia tumbuh bagai jamur di musim hujan dan harus memenuhi syarat verifikasi baik administrasi maupun factual. Dari 77 perusahaan media online, baru 7 perusahaan media online yang diumumkan Dewan Pers pada HPN Februari 2017 lalu di Ambon.

SMSI kata Teguh didirikan justru untuk membantu Dewan Pers, sehingga dengan keterbatasan itu khusus mengurus media siber.” Yang kita bantu bukan hanya Dewan Pers tetapi juga bangsa ini,”tegas Teguh.

Dua Ekstrim

Teguh mengatakan kebebasan merupakan platform terbesar di dunia internet dan kabar bohong saat ini bagian dari budaya kita sehari-hari.

Kita dihadapkan dua ekstrim, yaitu otoritas dan kebablaasan. SMSI menurut Teguh semacam clearing house untuk menentukan apa sebenarnya fakta.

“Kita memang harus bekerja keras. Menjadikan SMSI sebagai konsituen Dewan Pers hal kedua. Menjadikan media siber yang sehat itu hal penting ketiga.

SMSI juga kata Teguh harus dapat membuat produk, aplikasi khas Indonesia. “Lawan kita dalam konteks ini yaitu sosial media. Kue iklan media online tumbuh, kemana larinya? Vendor di Lampung, merasa tidak perlu kerja sama dengan media online di daerah tapi kerja sama dengan online pusat yang ada di cabang.

Pekerjaan SMSI tambah Teguh berat sehingga perlu ada produk atau derivative lainnya.

Web Admin

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar