Selamatkan Generasi Muda Dari Campak, RSUD Saiful Anwar Imbau Warga Terima Vaksin MR

 Selamatkan Generasi Muda Dari Campak, RSUD Saiful Anwar Imbau Warga Terima Vaksin MR

MALANG – RSUD Saiful Anwar Malang, Jawa Timur saat ini tengah gencar-gencarnya mencanangkan vaksin MR demi menekan penularan virus campak (measles) dan campak Jerman (Rubella) yang membayangi generasi penerus yang masuk dalam kategori Batita, Balita dan pra remaja.

Oleh karena itu, pihak RSUD secara bertahap akan menggelar imunisasi massal bagi anak-anak yang masuk dalam pertumbuhan dan sanagt membutuhkan imun bagi tubuh.

Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Dr. Kohar Hari Santoso selaku Direktur RSUD Saiful Anwar Malang dan sekaligus Ketua Tim Tracing Gugus Tugas COVID-19 Jawa Timur.

“Vaksin MR sangat efektif menekan penularan virus campak (Measles) dan campak Jerman (Rubella), yang kami terus lakukan adalah edukasi secara berkesinambungan agar timbul kesadaran masyarakat soalnya pentingnya vaksin tersebut. Terpenting adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI),” kata Kohar dalam acara Dialog Produktif bertema Belajar dari Sukses Vaksin MR di Jawa Timur dan Peran Media dalam Vaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN),” Selasa (17/11/2020) lalu.

Johar memetakan, di Jawa Timur ada tiga kelompok besar masyarakat. di daerah barat disebut Mataraman, dimana biasanya sosok panutannya adalah para pemimpin kawasan seperti lurah. Ada kultur budaya arek di sekitar Surabaya, biasanya mendengarkan pakar dan para ahli. Kemudian ada daerah tapal kuda yang dominan berbudaya masyarakat Madura.

“Umumnya mereka biasanya mendengarkan tokoh-tokoh agama. Pendekatan kultural ini yang nantinya bakal didukung oleh media,” ujar dia.

Kohar menjelaskan, campak atau measles dapat mengakibatkan meningitis dan fatal kepada anak-anak. Sedangkan Rubella mampu mengakibatkan kelainan bawaan terhadap bayi. Apabila Rubella menginfeksi ibu hamil, anak yang lahir bisa terkena cacat.

“Masyarakat harus diberi tahu pentingnya imunisasi untuk mencegah semua dampak buruk ini. Memberikan pengertian inilah yang tidak sederhana,” tutur dia.

Agar timbul pemahaman pasca pemberian vaksin di tengah masyarakat, Kohar telah menyiapkan tim ahli dan dokter jika ada KIPI.

“Pencegahan untuk mengurangi risiko tetap harus dilakukan,” ucap Kohar.

Kohar menambahkan, masyarakat harus sadar bahwa mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Tak hanya terhindar dari rasa sakit, namun juga lebih murah dari segi biaya.

“Ia setuju jika vaksin MR berbiaya. Sebab mencegah lebih penting dari pada mengobati. Jika sudah terinfeksi maka biayanya tak sedikit,” jelasnya.

Sementara itu, Wahyoe Boediwardhana, jurnalis yang terlibat dalam Imunisasi MR di Jawa Timur tahun 2017 dan saat ini bekerja sebagai wartawan harian nasional mengatakan jika awak media berperan penting membagikan pemahaman yang benar soal vaksin ini.

“Agar seluruh informasi mengenai vaksin sampai dengan benar ke masyarakat, perlunya peran media massa. Oleh karena itu kawan-kawan jurnalis dulu yang kita perkaya pemahamannya. Kita bagi ilmunya sebanyak-banyaknya ke sesame jurnalis,” ucap Wahyoe.

Wahyoe menjelaskan, mengenalkan masyarakat terkait imunisasi ini tidak bisa dilakukan oleh satu atau dua media saja.

“Harus kolaborasi, dari situ kita kemudian bisa menyampaikan pentingnya imunisasi dan vaksin bagi anak-anak,” tukas dia.

Atas dasar niat baik tersebut, Wahyoe pun membentuk komunitas Jurnalis Sahabat Anak. Perkumpulan ini memiliki tujuan dan keinginan membantu mengedukasi masyarakat menyampaikan informasi positif terkait kesehatan anak.

“Ini yang kami lakukan, sehingga kita harus mengetahui siapa yang dihadapi, karakternya bagaimana, apa yang harus disampaikan, cara dan kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesannya. Itu yang kami terapkan di masyarakat,” jelas dia.

Wahyoe menambahkan, karakter masyarakat Jawa Timur yang beragam jadi tantangan tersendiri dalam mengedukasi masyarakat, terutama mengikis informasi hoax seputar vaksin MR saat ini.

“Yang terpapar hoax tentang vaksin ini tidak hanya yang kurang edukasinya tapi juga masyarakat yang teredukasi dengan baik. Ini yang membutuhkan strategi tersendiri. Untuk mengikis hal itu, kami memilih untuk membanjiri masyarakat dengan informasi positif,” terangnya. (Yor)

Foto ilustrasi/ist

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar