Ketua Umum IKAL Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Diskusi Tentang Hoax Mengancam Ketahanan Nasional

 Ketua Umum IKAL Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Diskusi Tentang Hoax Mengancam Ketahanan Nasional

JAKARTA – Ikatan Keluarga Besar Alumni Lemhanas (IKAL), selenggarakan diskusi Coffee Morning dengan Tokoh, Senior Pers serta Pemred Media, yang mengambil tema “Hoax Mengancam Ketahanan Nasional”.

Kegiatan tersebut diselenggarakan di Kediaman Ketua Umum IKAL Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Jakarta Selatan, Selasa (22/09/2021).

Dalam diskusi tersebut Narasumber, Ketua Bidang Sumber Daya Alam Dr. Ir. Donny Yoesgiantoro, MM, MPA serta Staf Khusus Menteri Kominfo Rosarita Niken Widiastuti.

Sementara itu Ketua Umum IKAL Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar menyebutkan, berita yang tidak benar atau hoax, pada kenyataannya semakin meluas akan memecah belah anak bangsa dan memperlemah ketahanan nasional.

Untuk itu Agum menyebutkan agar masyarakat untuk lebih hati-hati. “Jangan baru mendengar info, langsung menyebarkan infomasi, padahal belum tentu benar informasi tersebut,” ujarnya.

Ia juga meminta agar masyarakat luas  untuk berhati-hati menghadapi penyebaran berita bohong atau hoax terutama di era pandemi.

Mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu mengatakan, tidak ada seorang pemimpin di Indonesia, dari Presiden Sukarno di masa lalu sampai Presiden Joko Widodo saat ini, yang ingin rakyat menderita dan tidak sejahtera.

Suasana diskusi di Kediaman Ketua Umum IKAL Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar, Jakarta Selatan. bersama wartawan senior.

Dalam kesempatan itu Agum juga mengingatkan bahaya hoax dengan menceritakan upaya kudeta yang pernah dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

“Saya cerita sedikit apa yang menjadi tematik satu kekuatan yang pernah ingin menghancurkan Indonesia. Apa itu? PKI, komunis,” ungkap Agum.

Menurutnya ketika eksis dulu PKI merupakan satu-satunya partai yang menggunakan dua cara kerja, yakni cara kerja legal yang dipimpin Central Committee dimana DN Aidit menjadi ketua umum, dan cara ilegal yang dilakukan Biro Khusus.

“Kita baru tahu, setelah peristiwa G30S/PKI, ada yang namanya Syam Kamaruzzaman dengan berbagai macam alias sebagai ketua Biro Khusus PKI,” ujarnya.

Agum juga mengatakan, selain sebagai partai politik yang eksis di kancah politik nasional, PKI pada masa itu juga merupakan bagian dari komunisme internasional dan terikat pada solidaritas komunis internasional.

Hoax atau Tidak

Begutu pula yang disampakan Rosarita Niken Widiastuti menyebutkan, banyak informasi yang positif, tetapi infonya negative. Selain itu juga sangat banyak informasi termasuk provokasi dan lain sebagainya.

Niken meminta agar masyarakat bisa memilih dan memilah apakah infomasi tersebut hoax atau tidak. “Jadi kalo ada informasi yang tidak ada sumbernya, informasi provokatif (menyerang seseorang), itu harus kita waspadai disamping itu juga informasi yang konvensional, tidak terpercaya itu juga bisa diduga merupakan hoax,” ujarnya.

Lanjutnya, Hoax kalau tidak segera di tangani atau masyarakat terus ikut menyebarkannya, tentu akan menimbulkan kemarahan, kebencuan. Terkait dengan banyaknya hoax ini, tentu akan berpengaruh terhadap ketahanan nasional.

Kalau masyarakat saling benci, mencaci, mencurugai ini terpotensi dengan integrasi bangsa, oleh karena itu, semua lembaga bergandeng tangan dalam rangka menangkal berita hoax, ujar Niken.

Dalam diskusi tersebut, sejumlah wartawan senior hadir, antara lain Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Atal S Depari, Ketua PWI DKI Jakarta Sayid Iskandasyah, Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Teguh Santosa, Pemimpin Redaksi Kompas Budiman Tanuredjo, dan Pemimpin Redaksi JPNN Auri Jaya. (Vn/Eka)

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar