Ada Apa Ageng Kiwi Berburu dan Berbagi Takzil Sampai ke Purwokerto

 Ada Apa Ageng Kiwi Berburu dan Berbagi Takzil Sampai ke Purwokerto

JAKARTA –  Selebrities kondang Ageng Kiwi punya cara unik dan keren dalam menikmati Bulan Ramadan yang mulia. Ia melakukan sesuatu yang belum tentu dilakoni seleb lain, yakni turing  ketiga kota untuk berburu  dan berbagi takzil dengan masyarakat  yang dijumpainya.

Ageng Kiwi, biduan dangdut yang juga politisi Ini sengaja melintasi Jakarta, Cilacap hingga Purwokerto demi berburu takzil khusus Ramadan. Bolehlah dibilang ini semacam menapaktilasi rasa yang pernah ia cicipi di masa lalunya.

” Turing berburu takzil ini saban tahun aku lakukan. Ini adalah cara aku dalam  mensyukuri dan menikmati Ramadan. Sangat nikmat berburu takzil yang dulu pernah aku nikmati dimasa kecilku. Kenikmatannya sangat luar biasa,” tandas pelantun lagu Irama Cinta.

Di Jakarta artis yang juga  bermain film Hantu Gufang Cibubur dan memproduseri  film Santet Goyang Dangdut ini berburu kolak, bubur sumsun, asinan dan kerak telor. Sedang di Cilacap, kota kelahirannya itu ia berburu Tempe Bongkrek, Kepiting Blenrs, Sate Ayam Cilacap, Tempe Mendoan, dan
Donat Gembus.

Lalu di Purwokerto ia berburu dan menyantap Kraca, Candil, Kembang Pacar, Mie Tayel, Getuk Goreng dan sebagainya.

Patut di ingat, pedangdut asal Cilacap Jawa Tengah ini sangat menggemari kuliner Nusantara, semisal  khas Indramayu, yakni pindang ikan kepala manyung atau yang populer dengan sebutan Pindang Gombyang.  Jadi soal taste kuliner, Ageng tak sungkan berburu kemana pun.

Oh, ya. Dalam perburuan itu Ageng Kiwi tak sungkan merangsek hingga ke pelosok desa, gang sempit hingga pasar tradisional yang becek. Terpenting ada takzilan khusus yang ia cari.

Uniknya lagi, keikmatan itu tidaknia ia nikmati sendiri. Takzilan ia santap bersama masyarakat sekitarnya. Tak jarang ia juga sengaja mengundang teman masa kecil atau sekolahnya untuk sekedar bereuni kecil di tempat itu.

“Jakarta, Cilacap dan Purwokerto punya kenangan tersendiri buat aku. Berkarier, masa kecil, masa remajaku ya di tiga kota itu. Khususnya Cilacap dimana kedua orang tuaku dimakamkan,”  kenang biduan yang bernama asli Ageng Wahono ini.

Selain berburu dan berbagi takzil, di tiga kota itu Ageng juga tampil sebagai bintang tamu dalam pelbagai acara yang tengah di gelar. Biasanya ia cukup membawakan 2 atau 3 lagu lagunya, semisal lagu Allah Maha Besar.

Ageng Kiwi memang tergolong sebagai seniman produktif. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah kiprah dan karya yang dihasilkannya dengan gemilang.

Tembang ‘Allah Maha Segalanya’ ini menjadi momen yang tepat sebagai lagu religi di bulan Ramadan.

“Lewat lagu ini saya mencoba menggugah hakekat manusia sebagai tempatnya salah; khilaf, dan selalu bersyukur,” kata Ketua Komunitas Amal Sedekah Ikhlas Hati (KASIH) ini.

Lagu ‘Allah Maha Segalanya’ kata Ageng, juga memiliki spirit doa. Nuzulul Quran dan malam-malam lailatul qadar, kata dia, sebagai waktu-waktu mustajabnya doa, bagi orang-orang yang mau berdoa.

Ncank Maeel

Berita Terkait

Tinggalkan Komentar